Sengaja Kosongkan Tiga Unit
Ditempati, Flat Romokalisari tanpa Aliran Listrik dan Air
RUNGKUT – Flat Penjaringansari bisa disebut flat yang padat penduduk. Meski demikian, ada tiga unit kosong di Flat Penjaringansari 3. Keberadaannya tidak untuk disewakan.
Berdasar pantauan Jawa Pos, di lantai 1 Flat Penjaringansari 3, ada tiga unit yang tidak berpenghuni. Kondisi masing-masing kamar masih sangat bersih. Tidak terlihat barangbarang rumah tangga di lokasi tersebut.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Surabaya 3 Tjahjo Irianto tidak menampik kamar kosong di Flat Penjaringansari 3. ”Bukan karena tidak ada yang mau sewa, tapi memang sengaja dikosongkan,” katanya.
Dia menambahkan, tiga unit yang kosong tersebut merupakan kamar cadangan. Kamar itu hanya digunakan apabila ada hal-hal urgen. Misalnya, ketika flat di Surabaya Timur tersebut menerima kunjungan.
Pria yang menjabat kepala UPTD sejak 2009 tersebut mengungkapkan, sebenarnya di hampir semua flat di Surabaya, ada yang kosong. ”Itu cadangan,” tegasnya.
Unit cadangan, menurut dia, memang dibutuhkan. Misalnya, untuk memindah warga yang kamarnya rusak. Bahkan, warga lansia bisa menggunakan kamar kosong tersebut. ”Dia punya kamar di lantai 4. Kalau lagi sakit tidak bisa naik, bisa pakai kamar cadangan,” terang Tjahjo. Tidak heran, sebagian besar unit kosong itu berada di lantai dasar.
Sementara itu, Flat Romokalisari di Surabaya Barat mulai dihuni. Kemarin pagi (12/10) Yulia, 35, penghuni Flat Romokalisari, merapikan unit miliknya di lantai 2. Kasur, lemari, meja, televisi, dan beberapa perlengkapan dapur sudah disiapkan. Warga Romokalisari itu menyebut dirinya bersama keluarganya baru pindah dari rumah orang tua ke flat kemarin.
Ukuran 4 x 3 meter yang ditempatinya terasa nyaman. ”Lebih enak, lebih bebas di sini. Sebab, saya punya anak yang masih kecil,” ujar warga RT 1, RW 1, Romokalisari, itu. Hanya, Yuli menyayangkan air dan listrik yang belum dialirkan. Beberapa piring kotor digeletakkan begitu saja di dapur.
Padahal, rangkaian saluran PDAM dan PLN telah terpasang di flat itu. Bahkan, beberapa waktu lalu pihak kelurahan membenarkan bahwa pemkot akan menyiapkan flat lebih dahulu sebelum ditempati warga. ”Nanti malam kami gelapgelapan. Kasihan anak saya kepanasan. Ndak ada kipas angin dan mati lampu,” keluhnya.
Mulyono, warga Tandes, yang menempati lantai 3 mengeluhkan hal serupa. Dia, istri, dan dua anaknya terpaksa memakai lilin. Padahal, keluarga sopir angkot lin E itu sudah beberapa hari tinggal di flat. ”Ya, kalau bisa, air dan listrik dihidupkan dulu. Itu penting buat kami meski baru sedikit yang tinggal,” katanya saat ditemui kemarin.
Sejatinya, beberapa waktu lalu listrik telah dinyalakan. Hanya, PLN memutus kembali aliran listrik tersebut. Kasubbag Tata Usaha UPTD Rusunawa Surabaya 2 Evi Aritonga membenarkan hal itu.
Pemutusan arus listrik ke flat, ungkap dia, berkaitan dengan masalah teknis. Yakni, terkait dengan PAK (perubahan anggaran keuangan) yang diproses sejak Agustus lalu. Berdasar informasi yang diterimanya, hasil perubahan mungkin ditetapkan pada Oktober. Setelah itu, barulah PLN kembali menyambungkan arus listrik ke Flat Berdiri sejak 2009 Dua tower sedang dibangun Terdapat 99 unit Dilengkapi musala, balai pengobatan, dan PAUD Berdiri sejak 2010 Terdapat lima tower block Tiap tower terdiri atas 96 unit Lantai dasar khusus untuk penyandang cacat Lantai 2 bagi warga lanjut usia Dilengkapi fasilitas BLC (broadband learning center) Romokalisari.
Untuk air PDAM, Evi mengatakan, tidak ada masalah apa pun. Hanya, suplai air masih didatangkan dengan menggunakan mobil tangki air 4.000 liter. ” Tiap hari mobilnya datang, airnya lalu ditampung di tandon,” papar perempuan yang juga mengurusi lima flat di bawah UPTD Rusunawa Surabaya 2 itu.
Di antara total 96 penghuni flat, baru ada 79 yang tercatat akan menempati flat di tower blok A itu. Sisanya, lanjut Evi, belum melakukan registrasi ulang. Sebagian besar penghuni flat berasal dari Surabaya Barat. Misalnya, Romokalisari, Tandes, Gadel, Simopomahan, Simomulyo Baru, Pradah Kali Kendal, Kendung, dan Asemrowo. Selain itu, ada warga Balongsari, Tambak Dalam, Asemjaya, dan Banjarsugihan. Sisanya berasal dari Bulak Banteng, Sidotopo, Ploso, Sidoyoso, dan Plato. (rst/bir/c6/nda)