Pakai Gadget, Leher Tertekuk
Buka Peluang Penjepitan Saraf
SURABAYA – Era digital membuat siapa pun sering menggunakan gadget untuk berbagai aktivitas. Tanpa sadar, kebiasaan menekuk leher berlamalama saat memakai ponsel pintar itu rawan memicu penjepitan saraf di daerah tulang belakang. Keluhan awalnya sekadar tengkuk yang pegal. Jika diabaikan, tidak tertutup kemungkinan berujung pada kelumpuhan.
Dokter M. Sofyanto SpBS menjelaskan, pada dasarnya, ada bagian vital di leher bernama sumsum. Letaknya berada di bagian tengah leher. Semua perintah otak, lanjut dia, lewat sumsum tersebut. Sementara itu, persarafan berada di kanan dan kiri sumsum. Penekanan ke arah sumsum atau saraf sering disebut kecetit atau saraf terjepit.
”Leher ini bebannya cuma 3,5 kilogram, kepala ini kan,” ujar spesialis bedah saraf yang berpraktik di RS Bedah Surabaya itu. Artinya, sekalipun mengalami penyakit yang hebat atau berat, seseorang tidak akan merasakan apa-apa. ”Hanya mengeluh kemeng-kemeng,” lanjutnya.
Bahkan, pasien yang nyaris lumpuh karena sarafnya terjepit sering tidak mengeluhkan sakit apa-apa. Tidak heran, mayoritas pasien spondylosis cervical ( kecetit leher) baru berobat setelah mengalami kelumpuhan. ”Kalau penekanan mengenai sumsum tulang belakang, pasien bisa lumpuh empat-empatnya (tungkai dan lengan kanan-kiri, Red),” jelas Sofyan.
Jika penekanan hanya pada sebagian kecil saraf, kelumpuhan tidak sampai terjadi. ”Paling dia (si pasien, Red) nggak bisa pegang sendok,” imbuhnya. Risiko terburuk saraf terjepit adalah seseorang sulit buang air kecil, bahkan sampai impotensi.
Sofyan menyarankan membatasi pemakaian gadget. Selain gadget, pembatasan berlaku saat menonton televisi dan bekerja di depan komputer. ”Maksimal dua jam. Setelah peregangan, bisa kembali bekerja di depan kom- puter,” saran ketua Comprehensive Brain and Spine Center itu.
Dia menegaskan, kondisi tersebut tidak bisa diremehkan. Jumlah pasien yang ditangani Comprehensive Brain and Spine Center terus meningkat setiap tahun. Pada 2012, ada 97 orang yang menjalani operasi. Angkanya naik menjadi 102 pada 2013
KOMUNIKASI BISNIS dan 103 pada 2014.
Sri Istiani, 52, pernah mengalami leher. Dia mengakui dahulu gemar menonton televisi sembari bersandar. Dia sampai melakukan shopping doctor untuk menyembuhkan sakit kepala yang berlangsung sekitar tujuh tahun tersebut.
Sri yang saat ini menjadi ketua Cervical Brain and Spine Community menjalani microsurgery. Artinya, semua tindakan dalam operasi menggunakan mikroskop. Operasi itu, sebut Sofyanto, juga dikenal sebagai keyhole surgery. Artinya, tim dokter cukup membuat lubang kecil di leher. Tidak ada lagi pembedahan besar. Operasinya hanya memakan waktu 1 sampai 1,5 jam dan tidak membutuhkan jahitan untuk bekas operasinya. (fit/c6/nda)