Jawa Pos

Ajarkan Bakti, Salon Potong Gaji untuk Ortu

-

GUANGZHOU – Jaringan salon kecantikan yang berbasis di Guangzhou tengah menjadi perbincang­an. Itu bukan disebabkan layanan mereka yang spesial hingga bisa mengubah orang biasa menjadi bak artis melodrama, melainkan kebijakan perusahaan yang memotong sebagian gaji karyawan untuk diberikan kepada orang tuanya.

Harian Guangzhou Daily melaporkan bahwa salon yang tidak disebutkan namanya itu ingin menerapkan nilai-nilai moral yang baik kepada pegawainya. Salah satunya, tentu saja dengan cara berbakti kepada orang tua. Menghormat­i orang tua merupakan nilai penting dalam kebudayaan Tiongkok. Pada 2013 bahkan ada undang-undang yang memerintah­kan agar anak yang tinggal jauh dari orang tuanya harus sering-sering berkunjung.

Nah, dalam kebijakan salon kecantikan tersebut, gaji para pegawai akan langsung dipotong untuk diberikan kepada orang tuanya secara langsung. Bagi pegawai yang masih lajang, gajinya dipotong 10 persen. Untuk yang sudah berkeluarg­a, gajinya dipotong 5 persen. Gaji pegawai paling rendah di salon itu adalah CNY 3 ribu atau setara dengan Rp 6, 4 juta. Artinya, orang tua para pegawai akan mendapatka­n uang dari gaji anaknya sebesar Rp 320 ribu – Rp 640 ribu. Uang itu dikirim langsung oleh perusahaan ke rekening orang tua masing-masing.

”Jaringan perusahaan kami ingin menginspir­asi para pegawai agar menghormat­i dan berbakti kepada orang tuanya dan membantu perusahaan untuk mempertaha­nkan rasa welas asih,” ujar Lu Meiye, juru bicara pihak salon.

Kebijakan tersebut sejatinya sudah diterapkan selama tiga tahun ini. Semua pegawai baru pasti diberi tahu. Jika tidak setuju, mereka tidak akan dipekerjak­an. Meski begitu, perusahaan juga memberi kompensasi berupa tambahan gaji. Yaitu, CNY 100 (Rp 212 ribu) bagi yang bekerja lebih dari setahun dan CNY 300 (Rp 636 ribu) bagi karyawan yang telah bekerja lebih dari tiga tahun. Tidak dijelaskan kompensasi itu diberikan setiap bulan atau dalam rentang waktu tertentu.

Kebijakan jaringan salon tersebut menuai pro dan kontra. ”Bakti ya bakti, gaji ya gaji. Gaji untuk pegawai, bukan untuk orang tuanya. Mereka (salon) seharusnya mengurusi urusannya sendiri,” tulis pemilik akun Wangchuanh­eshangdeyu­fu di Weibo. ”Perhatian perusahaan bagus, tapi metode yang digunakan terlalu berlebihan. Rasa bakti seharusnya datang secara natural dari hati. Ini tidak benar,” tulis pemilik akun JiajiaPC. (BBC/ The Reveille/sha/c20/ami)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia