Antam Siap Beli Saham Freeport
JAKARTA – Rencana divestasi saham PT Freeport Indonesia (PT FI) sebanyak 10,64 persen disambut PT Aneka Tambang (Antam). BUMN tambang itu menyatakan siap mengakomodasi saham tersebut saat dilepas PT FI. Perseroan kini menunggu langkah konkret Freeport, menawarkan saham ke pemerintah atau initial public offering (IPO).
Dirut Antam Teddy Badrujaman menjelaskan, sebenarnya perusahaan masih menunggu perintah Kementerian BUMN. Apakah secara resmi menjadi wakil pemerintah untuk mem- beli saham PT FI atau tidak. ’’Belum ada penunjukan, tapi kami siap bila ditunjuk dalam pengambilan saham itu,’’ ujarnya di Kementerian BUMN kemarin.
Saat disinggung dari mana uangnya, Teddy menyebut bisa dicari. Salah satunya, melakukan kerja sama dengan pihak lain. Tapi, dia belum bisa menjelaskan apakah pengumpulan uang itu melalui konsorsium BUMN tambang atau ada cara lain. Teddy mengatakan belum ada pemilihan opsi-opsi tertentu karena menunggu langkah PT FI.
’’Freeport juga menginginkan divestasi lewat IPO. Kami masih menunggu pastinya,’’ terang Teddy. Namun, dia menegaskan bahwa pengambilan saham bukan berarti Antam ikut mengoperasikan tambang emas di Papua. Itu perlu dia luruskan karena ada salah paham yang menyebut Antam ikut menjadi operator.
Teddy menambahkan, Antam siap tidak hanya kalau ditunjuk Kementerian BUMN. Ketika pemerintah tidak tertarik membeli dan menawarkan kepada BUMN, Teddy menegaskan Antam siap berkompetisi. (dim/c17/tia)
– Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 7,5 persen. Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan, bank sentral tetap menahan BI rate di level 7,5 persen yang belangsung sejak Februari tahun ini.
’’Dalam RDG (rapat dewan gubernur), assessment BI menunjukkan risiko stabilitas ekonomi makro mulai mereda. Adapun pertimbangan utama dalam menentukan BI rate didasari faktor domestik,’’ ujarnya di Jakarta kemarin (15/10). Juda menyatakan, indikator-indikator domestik tersebut, antara lain, capaian inflasi dan current account deficit (CAD). Inflasi, lanjut dia, diperkirakan berada di bawah titik tengah 4 persen.
Berdasar survei, sejauh ini BI mengindikasikan ada potensi terjadinya deflasi. Karena itu, pada akhir tahun inflasi diperkirakan lebih rendah daripada 4 persen. ’’Inilah faktor utama yang menjadi pertimbangan mengapa BI mengatakan risiko stabilitas makro mereda,’’ tuturnya.
Selain itu, CAD diperkirakan berada di posisi sehat, yakni sekitar 2 persen. Dari assessment yang dilakukan BI, CAD diprediksi 2,2 persen hingga 2,3 persen. Di sisi lain, kondisi global disebut
Periode
Januari 2015
Februari 2015
Maret 2015
April 2015
Mei 2015
Juni 2015
Juli 2015
Agustus 2015
September 2015
Oktober 2015 Rate 7,75 persen
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
persen
persen
persen
persen
persen
persen
persen
persen
persen menjadi faktor assessment BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan.
Penundaan normalisasi kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) membuat inflow terus membaik. ’’Hingga 12 Oktober, inflow portofolio meningkat dari September net outflow. Pada Oktober ada inflow USD 249 juta. Yang banyak adalah inflow di pasar saham sebesar USD 174 juta dan SUN USD 75 juta. Hal itu akhirnya memberi dampak positif terhadap suplai dan permintaan valas domestik,’’ ujarnya.
Dampak berikutnya mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di dalam negeri. Pemegang dolar pada akhirnya memutuskan untuk melepas simpanan valasnya. Hal itu juga mengakibatkan pasar saham, IHSG, dan yield