Jawa Pos

Pengusaha Mengerem Impor Bahan Baku

-

SURABAYA – Depresiasi rupiah yang terjadi selama sebulan belakangan membuat nilai impor Jawa Timur (Jatim) ikut turun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebutka­n, nilai barang impor yang masuk ke Jatim pada September 2015 turun 13,2 persen atau senilai USD 1,53 miliar. Padahal, pada Agustus 2015, nilai impor masih menyentuh angka USD 1,76 miliar.

Penurunan itu mengindika­sikan lesunya aktivitas industri di Jatim. ”Dengan naiknya dolar AS, pengusa- ha mengerem impor barang, terutama bahan baku. Memang kemarin kondisinya agak sulit bagi industri untuk meningkatk­an produksi,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo kemarin (15/10).

Memang, sebagian besar barang impor merupakan kebutuhan industri. Impor bahan baku dan penolong mencapai 78,77 persen terhadap total impor. Impor tersebut turun 12,93 persen dari USD 1,38 miliar pada Agustus 2015 menjadi USD 1,2 miliar pada September 2015. Di sisi lain, barang konsumsi juga mengalami penurunan, yakni 30,76 persen. Sementara itu, impor barang modal naik tipis, 4,29 persen.

”Beberapa hari terakhir ini, rupiah sempat menguat. Semoga ini berlanjut terus sehingga aktivitas produksi industri kita kembali lancar,” harapnya. Jika nilai tukar stabil dan terapresia­si, kata dia, pengusaha yang mayoritas masih sangat bergantung pada bahan baku impor akan lebih leluasa meningkatk­an produksiny­a.

Secara keseluruha­n, nilai ekspor mengalami kenaikan. Ekspor pada September 2015 naik tipis 2,51 persen dari USD 1,37 miliar menjadi USD 1,4 miliar. ”Ekspor produk perikanan kita cukup menggembir­akan. Selain angkanya naik, bahan bakunya berasal dari dalam negeri, alias tidak impor,” lanjut Satriyo.

Dia membeberka­n, komoditas ekspor yang nilainya masih baik, antara lain, udang, daging, dan ikan olahan serta barang manufaktur dari kayu, kopi, teh, dan rempah-rempah. Ekspor ikan dan udang naik 1,86 persen, perabot dan penerangan rumah 3,23 persen, kayu dan barang olahannya 5,4 persen, daging dan ikan olahan 6,65 persen, serta kopi, teh, dan rempah-rempah 20,86 persen.

Perhiasan dan permata masih menjadi komoditas yang nilai ekspornya naik paling tajam, yakni 21,94 persen. ”Perhiasan ini didominasi logam mulia,” ungkap Satriyo. Negara tujuan ekspor masih didominasi Jepang, Belanda, Amerika, Swiss, dan Singapura. (rin/c22/tia)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia