Jawa Pos

Anak TKI Harus Rela Berjalan 2 Jam

-

NUNUKAN – Para tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, khususnya di kawasan Sebatik, tidak perlu cemas soal pendidikan anak mereka. Sejak tahun lalu, ada sekolah di tapal batas Sei Limau, Sebatik Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara.

Meski, anak para TKI yang tinggal di Begosong Sebatik, Malaysia, itu harus berjalan kaki sekitar 2 jam. Mereka tidak bisa menuntut ilmu di negeri jiran karena berke warganegar­aan Indonesia.

Di antara 112 siswa sekolah yang diprakarsa­i Suraidah itu, mayoritas adalah anak TKI. Awalnya, bukanlah hal yang mudah untuk membuka sekolah tapal batas.

Banyak hal yang dilakukan Suraidah guna meyakinkan anak para TKI agar mau bersekolah. Dia harus masuk ke kebun kelapa sawit untuk membujuk mereka. Hanya bermodal foto bersama konsulat Republik Indonesia di Tawau, Malaysia, akhirnya Suraidah bisa diberi izin masuk ke Sebatik.

’’Pertama masuk, saya hanya memperliha­tkan foto saya bersama konsulat. Akhirnya, polisi Malaysia percaya. Saya menjelaska­n tujuan utama saya masuk ke Sebatik,’’ ucap Suraidah.

Saat pertama sekolah tapal batas berjalan, para pelajar harus masuk de ngan hati- hati karena takut kepada polisi Sebatik. Kadang mereka harus ber sembunyi jika ada polisi Malaysia yang berpatroli di kebun kelapa sawit.

Setelah beberapa lama, sekolah tapal batas tersebut akhirnya dikenal polisi Malaysia. Mereka pun memberikan izin untuk bebas masuk lintas negara.

Sekolah tapal batas itu menerapkan tiga program pembelajar­an. Yaitu, pendidikan anak usia dini (PAUD), madrasah ibtidaiyah, dan madrasah diniyah. (bri/JPG/c5/diq)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia