Jawa Pos

Dari Buyer Menjadi Seller

FBF 2015 Momentum Menjual Buku dan Penulis Indonesia

-

FRANKFURT – Dari buyer alias pembeli menjadi seller atau penjual. Itulah terobosan yang berusaha diwujudkan Indonesia dalam kapasitasn­ya sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair (FBF) 2015.

Sebanyak 32 penerbit dan 1 agen sastra ( literary agent) dari Indonesia yang membuka booth di stan nasional Indonesia berlomba menjual hak cipta buku terbitan masingmasi­ng. Hasilnya, meski FBF 2015 baru dibuka Rabu lalu (14/10), Borobudur Agency mengatakan bahwa sudah

dari Frankfurt ada tiga bukunya yang diminati penerbit luar negeri.

Ketiga buku itu adalah The Adventure of Makena (Annastasia), Nawilla (Reda Gaudiamo), dan Good Night, Sleep Tight (Dina Tuasuun).

”Itu belum termasuk yang dijual langsung oleh penerbit,” ungkap Internatio­nal Rights Editor Borobudur Agency Nung Atasana.

Sebelumnya, sejak berpartisi­pasi di FBF pada 2010, Indonesia bisa dibilang sebagai buyer sejati hak cipta buku-buku yang dijual penerbit asing selama pameran. Dampaknya, otomatis buku-buku terjemahan terus membanjiri pasar tanah air.

” Mindset itu yang harus diubah. Menjadi tamu kehormatan adalah kesempatan mengenalka­n buku-buku dan para penulis Indonesia ke mata dunia,” ungkap Ketua Komite Nasional Pelaksana FBF 2015 Goenawan Mohamad.

Kondisi itu juga yang sempat menghantui persiapan Indonesia sebagai Tamu Kehormatan FBF 2015. Selain jumlah buku yang minim, Indonesia terbentur masalah desain buku yang umumnya belum prima.

Kendati begitu, Goenawan mengatakan bahwa sudah mulai ada pergeseran. Nung juga membenarka­n bahwa geliat penjualan hak cipta dari para penulis Indonesia begitu

Laporan

ANDRA OKTAVIANI

terasa selama dua tahun terakhir. Sejak 2013, ada hampir 200 judul buku terbitan Indonesia yang hak ciptanya sudah dibeli penerbit luar negeri.

Amba karya Laksmi Pamuntjak salah satunya. Buku itu juga menjadi penjualan perdana Borobudur Agency kepada penerbit asing. Adalah Ullstein, penerbit asal Jerman, yang membeli hak ciptanya. Mereka kemudian menerbitka­nnya dalam bahasa Jerman dengan judul Alle Farben Rot pada 2015.

Kendati para penerbit Indonesia tak menutup kemungkina­n membeli hak cipta dari penulis asing, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan tetap menyambut dengan gembira pergeseran tren dua tahun terakhir. Dia menuturkan, jika penerbit Indonesia terus hijrah dari konsumen menjadi produsen, otomatis karya-karya penulis Indonesia bisa jadi bagian penting dari dunia internasio­nal.

”Menjadi tamu kehormatan merupakan momentum perubahan yang sangat penting untuk dunia sastra dan penulisan Indonesia,” ungkap dia.

Dampak ke depan, semangat generasi yang akan datang turut terpacu. ”Mereka akan terdorong menjadi penulis yang bukunya diterjemah­kan ke dalam banyak bahasa dan dibaca di seluruh dunia,” ucap Anies. (*/c11/ttg)

 ?? ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS ?? UBAH MINDSET: Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang sudah diterjemah­kan ke dalam bahasa Jerman di FBF 2015 di Frankfurt kemarin.
ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS UBAH MINDSET: Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang sudah diterjemah­kan ke dalam bahasa Jerman di FBF 2015 di Frankfurt kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia