Pemuda Muslim Jaga Gereja agar Warga Tak Mengungsi
Polri Tetapkan 10 Tersangka, Tujuh Masih Buron
SUBULUSSALAM – Tak semua wilayah di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berada dalam suasana permusuhan dan tak toleran seperti yang terjadi di Aceh Singkil. Masih banyak bagian yang teduh dan memberikan perlindungan bagi kelompok minoritas. Salah satunya Kota Subulussalam, kota terdekat dengan Aceh Singkil.
Rakyat Aceh ( Jawa Pos Group) melaporkan, sejumlah pemuda dari Persatuan Pemuda Penanggalan (Perpena), Kota Subulussalam, menjaga sejumlah gereja
Bersama personel TNI dan Polri, mereka mencegah terjadinya kerusuhan seperti di Aceh Singkil Selasa lalu (13/10).
Denni Bancin, penasihat Perpena yang juga kepala desa Penanggalan Barat, mengatakan, kegiatan pengamanan tersebut bertujuan mengantisipasi terulangnya peristiwa berdarah di Aceh Singkil. Sebab, selain wilayah itu hanya berjarak empat jam dari lokasi pembakaran gereja di Aceh Singkil jika ditempuh dengan kendaraan, masyarakat Kecamatan Penanggalan majemuk.
Karena itu, lanjut Denni, Perpena melakukan penjagaan dengan berpatroli sejak Selasa. ”Kami membagi beberapa tim pemuda. Di setiap rumah ibadah, baik masjid maupun gereja, kami tempatkan lima pemuda untuk mengantisipasi meluasnya kejadian di Aceh Singkil,” jelas dia.
Sebelumnya, papar Denni, begitu mendengar kabar tentang bentrokan antarwarga di Aceh Singkil dengan membakar gereja yang mengakibatkan satu orang tewas, beberapa warga di Kecamatan Penanggalan, khususnya yang beragama Kristen, bersiapsiap mengungsi ke kabupaten tetangga, yaitu Pihak-Pihak Barat dan Kabupaten Dairi di wilayah Sumatera Utara (Sumut).
Namun, saat melihat kepedulian para pemuda untuk menjaga kerukunan antarumat beragama dengan bersiaga di beberapa titik gereja, warga yang sebelumnya hendak mengungsi membatalkan niatnya. ”Setelah melihat pemuda (muslim) turun untuk menjaga, mereka merasa nyaman dan tidak jadi mengungsi,” tambah Denni.
Pendeta Gereja Misi Injil Indonesia (GMII) Jimi Nasution juga mengakui bahwa toleransi umat bergama di Kota Subulussalam sangat tinggi. ”Kami mengucapkan terima kasih kepada pemuda Penanggalan atas kepeduliannya,” ucap Jimi.
Pengungsi Gelombang pengungsi dari Kabupaten Aceh Singkil ke Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), terus bertambah. Berdasar data Pemkab Tapteng, hingga Kamis sore (15/10), jumlah pengungsi mencapai 4.200 orang.
Metro Siantar ( Jawa Pos Group) melaporkan, para pengungsi dikonsentrasikan di posko pe- nampungan di Pastoran Paroki Tumba Jae, Desa Tumba Jae. Mereka ditempatkan di sejumlah ruangan gedung pastoran. Penempatan mereka dikelompokkan sesuai dengan golongan usia dan jenis kelamin.
Selain itu, ada pengungsi yang ditampung di beberapa ruang kelas sekolah di samping kompleks milik Katolik tersebut. Beberapa juga menempati rumah-rumah penduduk dan balai desa Saragih.
”Hingga hari ini pukul 19.00 (tadi malam, Red), data kami menjadi 4.200-an. Sebanyak 2.497 di antara mereka ditampung di Pastoran Paroki Tumba Jae. Selebihnya di gedung sekolah, balai desa, dan rumah-rumah penduduk,” jelas Bupati Tapteng Sukran Jamilan Tanjung kemarin.
Dia menyampaikan, hari ini direncanakan ada pemulangan pengungsi. Dari hasil koordinasi dengan bupati Aceh Singkil, situasi di daerah tersebut sudah kondusif. ”Mungkin besok siang ada acara pelepasan,” katanya.
Tersangka Sementara itu, untuk penyelidikan kasus pembakaran gereja di Aceh Singkil, mulai ada kemajuan. Kemarin (15/10) Polres Aceh Singkil menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam aksi pembakaran Gereja Kuria Kristen Indonesia (KKI) di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Selasa lalu itu.
Kabidhumas Kombespol Teuku Saladin menyebutkan, dua di antara tiga tersangka tersebut adalah I, warga Desa Belusema, dan N, warga Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan. Seorang lagi adalah S, warga Desa Tanah Merah, Kecamatan Gunung Meriah.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menambahkan, yang menjadi tersangka bukan hanya tiga orang itu, melainkan sepuluh orang. Ditambahkan, kalau dimasukkan daftar pencarian orang (DPO), sudah dipastikan yang bersangkutan berstatus tersangka. ”Tujuh yang kabur ini dikejar,” ucap dia.
Sepuluh tersangka itu dipastikan terlibat pembakaran tempat ibadah tersebut. Tapi, tersangka yang diduga mengatur pergerakan massa belum diketahui. ”Yang pasti, Polri meyakini ada provokator dalam bentrokan tersebut. Kami terus mencari,” jelasnya di kantor Humas Mabes Polri kemarin. (idr/ gun/ms/JPG/c11/c5/kim)