Asuransi Waspadai Kenaikan Inflasi
JAKARTA – Industri asuransi meminta pemerintah menjaga inflasi nasional karena pengaruhnya sangat besar terhadap harga kebutuhan sehari-hari serta biaya pendidikan anak. Jika biaya pendidikan terlalu tinggi, dikhawatirkan banyak anak yang putus sekolah ( drop out).
”Biaya pendidikan di Indonesia rata-rata meningkat 15 sampai 20 persen per tahun atau dua hingga tiga kali lipat inflasi. Jadi, inflasi harus benar-benar dijaga agar orang tua tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya,” ujar Presiden Direktur MNC Life Patricia Rolla Bawata saat peluncuran produk Hario Pasti Pintar kemarin (11/11).
Menurut Rolla, inflasi nasional yang berkisar 4–7 persen harus menjadi pertimbangan para orang tua dalam mempersiapkan biaya pendidikan anak. Sebab, akibat inflasi itu, biaya pendidikan naik dari tahun ke tahun. ”Lebih baik merencanakan biaya pendidikan anak sejak dini daripada tergopoh-gopoh saat harus membayar nanti,” tuturnya.
Tingginya biaya pendidikan itu yang menurut Patricia sering mengakibatkan orang tua tidak mampu menyekolahkan anaknya. Berdasar data pemerintah, lanjut dia, dari 100 persen jumlah anak yang masuk sekolah dasar, hanya 1,4 persen yang mampu melanjutkan studi hingga jenjang perguruan tinggi. ”Rata-rata karena biaya,” ungkapnya.
Banyak pilihan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak, misalnya investasi aset tanah, tabungan pendidikan, atau asuransi pendidikan. ”Dalam situasi ekonomi seperti ini, orang tua tetap harus memikirkan masa depan anak. Pendidikan sangat penting. Anak harus tetap sekolah dan menjadi pintar,” tegasnya.
Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, pada 2014 MNC Life meraih laba bersih Rp 8,27 miliar atau meningkat 206 persen dibanding 2013 yang hanya Rp 2,69 miliar. ”Biasanya perusahaan asuransi jiwa baru bisa menghasilkan laba bersih minimal setelah tujuh tahun beroperasi. Kami kurang dari empat tahun sudah bisa meraih laba,” jelasnya. (wir/c9/tia)