Jawa Pos

Saat Mahasiswa Jadi Sasaran Palak Teman

-

SETYA Novanto merupakan salah seorang sosok yang berpengaru­h di jagat politik Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, gambaran itu sulit ditemukan ketika ketua DPR tersebut masih muda. Meski lahir di Bandung, Jawa Barat, Setya menghabisk­an masa muda di Jakarta. Praktis, pria kelahiran 12 November 1955 itu bermukim di Kota Kembang hanya sampai lulus sekolah dasar (SD).

Setelah lulus SD, tepatnya pada 1967, pria yang akrab disapa Setnov tersebut melanjutka­n pendidikan di Jakarta, yakni di SMPN 73 Tebet, Jakarta Selatan. ’’Kata komite sekolah, beliau memang alumni sini,’’ ujar Suharto, guru paling senior di SMPN 73 Tebet, saat ditemui di sekolah itu kemarin

Cerita sekilas tentang Setnov didapat dari adik kelasnya di SMP, Lely Anggraini. ’’Nanti kami mau mengundang beliau di reuni akbar,’’ kata Lely yang kini berstatus guru bahasa Inggris di SMPN 73 Tebet.

Lely tidak bisa menjelaska­n sikap dan keseharian Setnov. Sebab, saat itu dirinya tidak begitu memperhati­kannya. Data-data dan berkas administra­si Setnov di sekolah pun sudah lapuk dan sulit diakses. Terlebih sekolah sudah dua kali berpindah lokasi.

Kondisi yang sama terjadi saat Jawa Pos mendatangi tempat politikus Golkar itu mengenyam pendidikan SMA. Tidak seorang pun guru di SMA 70 Jakarta (dulu SMAN 9) yang sempat mendapati masa ’’putih abu-abu’’ Setnov. ’’Saya yang terhitung tua saja masuk sini tahun 1987,’’ ungkap seorang guru yang juga menjabat wakil kepala sekolah itu.

Berbeda dengan masa-masanya menjadi siswa yang sulit terdeteksi, kehidupan Setnov saat mahasiswa relatif bisa ditelusuri. Pada 1973, dia kuliah di Universita­s Katolik Widya Mandala, Surabaya. Saat itu, untuk membayar biaya kuliah, Setnov sampai harus berjualan madu dan beras di pasar. Uang yang diberikan orang tuanya hanya cukup untuk mendaftar kuliah.

Menurut salah seorang teman dekat Setnov di Surabaya, Olis Datau, selain berjualan di pasar sambil ku- liah diploma, koleganya itu menjadi anggota staf penjualan PT Sinar Mas Galaxy. Setnov juga menjajal dunia model hingga terpilih menjadi Pria Tampan Surabaya 1975. ’’Dia ulet dan banyak sahabat,’’ ungkap Olis.

Lulus kuliah, Setnov bekerja di PT Aninda Cipta Perdana, penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur, milik Hayono Isman. Hayono yang merupakan menteri pemuda dan olahraga dalam kabinet Presiden Soeharto tidak lain adalah teman sekelas Setnov di SMA Negeri 9 Jakarta. Hayono membenarka­n cerita pertemanan itu tanpa mau bercerita banyak. Pada 1982, Setnov balik ke Jakarta untuk meneruskan kuliah sarjana akun- tansi di Universita­s Trisakti.

Sugito, kawan akrab Setnov saat kuliah di Universita­s Trisakti, mengungkap­kan, tidak ada yang istimewa pada masa kuliah Setnov. ’’Kuliahnya rapi. Semua pelajaran disukai. Tidak ikut organisasi mahasiswa gitu,’’ jelas master hukum yang kini menjabat Kasubag Kuliah Malam Trisakti tersebut di ruangannya kemarin. Alhasil, Setnov pun mampu menyelesai­kan kuliah tepat waktu.

Cara berpakaian­nya pun rapi dan bersih. Biasanya, lanjut Sugito, anggota dewan dari dapil II NTT itu kerap menggunaka­n jam tangan dan emas. Suatu ketika, karena terlihat rapi dan mapan, Setnov pun pernah dipalak dan diancam mahasiswa lain. (far/bay/c5/kim)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia