Buruh Cuci Piring yang Kini Miliarder
Bee Taechaubol, Pengusaha Kaya dari Negeri Gajah Putih Nama Bee Taechaubol mulai marak menjadi pembicaraan sejak membeli saham klub sepak bola AC Milan beberapa waktu lalu. Tak banyak yang menyangka bahwa pengusaha asal Thailand itu adalah bekas buruh c
PRIA yang kerap disapa Mr Bee itu sebenarnya cukup lama tinggal di luar Thailand, tepatnya di Australia. Dia tinggal di sana sejak berumur satu tahun. Ketika usianya menginjak 14 tahun, dia menjadi tukang cuci piring. Ketika remaja, dia juga pernah bekerja di restoran milik keluarganya di Australia.
”Orang tua saya selalu mengajarkan pentingnya bekerja,” katanya. Menginjak usia 16 tahun, Mr Bee mulai masuk ke industri realestat. Saat baru menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di University of New South Wales, Mr Bee mulai berani berinvestasi.
Investasi itu dilakukan pada perusahaan pemasaran realestat online. Pe- rusahaan tersebut cukup sukses, bahkan pernah membawa keuntungan yang besar di bursa saham. Meski mulai dapat membawa kesuksesan, perjuangan Mr Bee tidak berarti tanpa masalah.
’’Meski keluarga saya memiliki banyak saham di Thailand, krisis finansial Asia pada 1997 membuat kami punya utang dalam jumlah besar. Ketika saya meninggalkan Australia, tepatnya waktu lulus kuliah, saya hanya punya uang AUD 2.000 (setara Rp 20 juta),” ungkapnya.
Pria kelahiran 1975 tersebut harus melakukan berbagai upaya agar mampu bertahan hidup. Mr Bee yang saat itu masih muda juga bekerja di berbagai perusahaan. Uniknya, dia bekerja di banyak jenis perusahaan sehingga punya banyak pengetahuan mengenai bisnis di berbagai sektor.
Mr Bee tergolong sukses ketika bekerja hingga akhirnya mampu membeli pe- rusahaan tempatnya bekerja dengan harga murah. Dia pun melakukan banyak terobosan. Karena itu, perusahaan yang dibelinya pun akhirnya mampu menghasilkan kinerja yang sangat bagus. Perusahaan-perusahaan tersebut juga bisa dijual dengan harga yang tinggi.
Perusahaan yang sukses dia bina, antara lain, bergerak di bidang TV kabel, distribusi film, dan penyedia sarana bandara, telepon seluler, ritel, konstruksi, serta Kini dia menjadi bos Thai Prime Company Limited. Grup perusahaan tersebut sangat terkenal di Thailand hingga saat ini.
Bukan hanya perusahaan besar, Mr Bee juga mendukung pengembangan UKM di Thailand. Dia yakin, semangat kewirausahaan yang kuat bakal mampu mendorong ekspansi dan pertumbuhan ekonomi Thailand, bahkan ASEAN. ”Saya pikir investor harus mencari mitra yang kuat yang dapat membantu menavigasi perkembangan bisnis lokal. Saya percaya bahwa Thailand dapat menjadi untuk wilayah ini (ASEAN, Red),” tutur Mr Bee.
Pemerintah Thailand memang telah menerapkan banyak kebijakan untuk mendorong pertumbuhan UKM. Misalnya, mendorong inovasi lewat program pengembangan kewirausahaan dan memperluas akses kredit untuk UKM. Mr Bee menuturkan sangat mendukung hal itu. Melalui sebuah platform khusus untuk investor internasional dan dana asing, dia ingin menarik perusahaan modal ventura dan perusahaan ekuitas swasta untuk membantu membiayai UKM di tanah kelahirannya, Thailand.
Dia berprinsip berpikir cepat, bertindak cepat. Menurut dia, prinsip itu membuatnya mampu mengembangkan banyak perusahaan yang hampir bangkrut sehingga menjadi perusahaan dengan performa yang luar biasa hanya dalam waktu singkat. Kini kekayaannya diperkirakan mencapai USD 19 miliar atau setara Rp 256 triliun. ”Saya memang tidak punya banyak uang, tapi saya tahu ke mana harus mencarinya,” katanya. (rin/c22/tia)