Ambisi Jadi Pusat Perdagangan Dunia
Amerika-Tiongkok Berebut Pengaruh di APEC 2015 Pertemuan puncak KTT APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik) akan diselenggarakan pada 18–19 November 2015 di Manila, Filipina. KTT kali ini cukup istimewa lantaran pemimpin Asia Pasifik berkumpul untuk kali
DALAM pertemuan tahunan itu, Tiongkok diprediksi menjadi bintang. Negeri Panda tersebut kembali menawarkan kemitraan alternatif untuk menandingi TPP. Yaitu, Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).
Pada komunike APEC tahun lalu, para pemimpin dunia sepakat mengkaji kemungkinan dilaksanakannya FTAAP yang menjadikan presiden Tiongkok sebagai pembuat keputusan bersejarah. Proyek tersebut menjadi perdebatan sejak 2004 dan penting bagi Tiongkok sejak Amerika Serikat mengusulkan TPP yang tidak melibatkan negeri berpenduduk terbesar di dunia itu.
’’FTAAP akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang lebih besar ketimbang TPP,’’ kata Presiden Tiongkok Xi Jinping. Dia mengungkapkan tujuan, pencapaian, pemetaan, serta visi FTAAP. Terlihat pandangan yang kontras antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Tiongkok percaya, FTAAP lebih kondusif untuk kepentingan nasional. Sebab, Tiongkok sangat mungkin menjadi pusat FTAAP. Tiongkok juga berharap FTAAP dapat mendorong kerja sama dengan area yang lebih luas seperti transportasi lalu lintas udara, jalan raya, maupun rel kereta api.
Bagaimanapun, FTAAP menghadapi sejumlah pertentangan. Proyek jangka panjang itu mungkin tidak mendapatkan kejelasan. Di sisi lain, negara-negara TPP (AS, Singapura, Australia, Selandia Baru, Jepang, Kanada, Brunei, Cile, Peru, Vietnam, Malaysia, dan Meksiko) telah menyetujui TPP yang menjadikan AS sebagai pusatnya.
Ambisi Presiden Barack Obama, setelah memprakarsai APEC, mereka membikin TPP untuk me- nguatkan serta memperlama pengaruh Amerika Serikat. TPP merupakan proyek terakhir institusi internasional yang dibangun setelah Perang Dunia Kedua untuk mendorong pertumbuhan demokrasi dan membuka pasar global.
Tidak pelak, kompetisi antara Tiong- kok dan Amerika Serikat untuk penggabungan ekonomi regional menjadi agenda kunci APEC 2015. Dua negara tersebut akan berebut memperluas pengaruh.
Di samping itu, tingkat keamanan KTT APEC diperketat setelah teror Paris. Presiden dan perdana menteri yang memastikan hadir, antara lain, AS, Tiongkok, Australia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Brunei, Kanada, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu, ada Malaysia, Filipina, Thailand, Meksiko, Papua Nugini, Cile, Peru, Rusia, dan Vietnam. Indonesia bakal mengirimkan Wakil Presiden Jusuf Kalla di konferensi tahunan tersebut.
Awalnya, sejumlah negara sepakat tidak membahas klaim Tiongkok terhadap sebagian besar wilayah Laut China Selatan. Wilayah itu setiap tahun mampu menghasilkan USD 5 miliar dari peredaran kapal. Namun, topik tersebut menjadi perdebatan beberapa pihak. Presiden Filipina Benigno Aquino III sepakat tidak membahasnya. Di pihak lain, Barack Obama memilih membahasnya. (vir/c14/oki)