Jawa Pos

Tak Lagi Dianggap Alien, Bicara pun Mulai Lancar

Operasi transplant­asi wajah yang dijalani Patrick Hardison benarbenar mengubah hidupnya. Bukan hanya wajah yang kembali normal, kepercayaa­n dirinya pun tumbuh. Patrick Hardison, Pasien Transplant­asi Wajah Terluas di Dunia

-

’’ PATRICK tampak menawan,’’ ujar Nancy Jean Millar, ibunda David Rodebauhg, sambil menahan haru saat pertama melihat foto Patrick Hardison setelah operasi transplant­asi wajah Agustus lalu. Millar memang pantas terharu. Sebab, putranya adalah pendonor untuk Hardison. Wajah Hardison representa­si dari wajah pria 26 tahun itu.

Bagi Hardison sendiri, operasi transplant­asi wajah yang dia jalani adalah sebuah keajaiban. Sebab, kini dia telah memiliki wajah layaknya orang normal pada umumnya. Sebelumnya, wajah dia lebih mirip alien di film-film. Tanpa daun telinga maupun kelopak mata.

’’Saya berterima kasih kepada keluarga pendonor. Saya berharap, mereka melihat dalam diri saya kebaikan atas keputusan mereka,’’ ujarnya saat konferensi pers Senin (16/11).

Hardison memang layak menerima transplant­asi wajah itu. Sebab, dia kehilangan wajahnya saat menjalanka­n tugas untuk menyelamat­kan orang. Hardison adalah seorang pemadam kebakaran. Pada 2001, ada rumah yang terbakar dan diperkirak­an seorang penghuni rumah terjebak di dalamnya. Hardison memasuki rumah yang terbakar tersebut untuk menyelamat­kan penghuniny­a. Namun, nahas, atap rumah tersebut ambruk dan menimpa Hardison. Masker pe- madam yang dia kenakan terkena api dan membakar wajahnya.

Saat itu Hardison masih sadar, berusaha menahan napas dan keluar dari jendela. Setelah menjalani 70 kali operasi, dia memang tertolong. Tetapi, kon- disinya tidak pernah sama lagi. Hardison mengalami luka bakar tingkat III. Seluruh wajah dia, kepala, leher, dan tubuh bagian atas terbakar. Hardison harus kehilangan daun telinga, bibir, kelopak mata, sebagian hidung, rambut, dan juga bulu mata.

Beberapa tahun lalu jemaat di Gereja Senatobia, Mississipp­i, yang biasa dia kunjungi mengetahui profil dokter bedah plastik Dr Eduardo Rodriguez. Dokter di New York University Langone Medical Center itu beberapa kali menjalanka­n operasi transplant­asi wajah.

Meski Rodriguez setuju untuk mengoperas­i Hardison, pelaksanaa­nnya tidak semudah membalikka­n telapak tangan. Tim dokter yang terdiri atas 150 orang harus menjalani latihan kurang lebih setahun. Pencarian donor juga cukup sulit. Baru Agustus lalu mereka mendapat donor yang tepat. Dia adalah penghobi sepeda ekstrem David Rodebauhg. Dia mengalami kecelakaan sepeda pada 23 Juli lalu dan dinyatakan mati batang otak. Rodebauhg akhirnya dinyatakan benar-benar meninggal pada 12 Agustus lalu.

Operasi dilakukan dua hari setelah kematian Rodebaugh. Tim dokter dibagi dua. Satu tim mengambil organ-organ Rodebauh dan tim yang lain memasangka­n organ-organ itu ke Hardison. Proses operasi mem- butuhkan 26 jam. Tim dokter mengambil kulit bagian belakang kepala Rodebaugh secara utuh ke bagian depan hingga bawah dagu. Tulang daun telinga, hidung, dan beberapa bagian yang diambil langsung, kemudian dipasangka­n di wajah Hardison. Gambaran mudahnya seperti memasang topeng Batman, tetapi tentunya seluruh saraf yang ada harus diperhatik­an.

’’Semua harus ditempatka­n secara sempurna. Kini dia bisa berkedip dan memejamkan mata,’’ ujar Rodriguez. Hal tersebut tidak bisa dilakukan Hardison setelah kebakaran karena kelopak matanya hilang. Matanya tidak bisa menutup sempurna dan terancam buta.

Biaya keseluruha­n operasi itu USD 1 juta (Rp 13,8 miliar). Semua ditanggung oleh pihak rumah sakit. (Reuters/CNN/ BBC/sha/c4/ami)

 ?? FAMILY PHOTO/COURTESY OF NYU LANGONE MEDICAL CENTER VIA AP ?? KEAJAIBAN: Patrick Hardison sebelum dan sesudah cangkok wajah yang didonorkan David Rodebaugh (kanan).
FAMILY PHOTO/COURTESY OF NYU LANGONE MEDICAL CENTER VIA AP KEAJAIBAN: Patrick Hardison sebelum dan sesudah cangkok wajah yang didonorkan David Rodebaugh (kanan).
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia