Eksotis, tapi Susah Diajak Main
Maju mundur ketika akan memelihara reptil. Tertarik bentuknya yang eksotis, tapi ragu karena tak tahu cara merawat. Berikut serba-serbi memeliharanya. Baca dulu, setelah itu putuskan apakah reptil memang layak menjadi kesayangan baru. Serba-serbi Memel
UMUMNYA, reptil adalah hewan liar. Agak sulit menjinakkannya. Jika dibandingkan dengan anjing atau kucing yang senang diajak bermain, reptil membutuhkan waktu lebih lama agar bisa beradaptasi dengan pemilik atau lingkungan baru.
Dari segi perilaku, reptil pun cenderung pasif. ”Mereka hanya akan bereaksi jika ada kontak dari pemilik, merasa terganggu, atau tidak nyaman,” ujar drh Dian Ayu Kartika Sari MVet, pakar reptil dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Selain itu, reptil merupakan hewan yang tidak memiliki ekspresi yang kuat. Cukup sulit mengetahui kondisi dari gesture maupun gerakan badannya. Beda dengan kucing atau anjing. Secara umum, reptil dibagi menjadi empat kelompok besar, yakni squamata (ular dan kadal), crocodilian (buaya), tuatara, serta chelonia (kura-kura dan penyu).
Yang menjadi idola para penghobi reptil umumnya squamata dan chelonia. Masingmasing memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Golongan ular dan kadal merupakan kelompok yang paling sering dipelihara. Keduanya memiliki kesamaan, yakni bergantung pada suhu. ”Jika ada perubahan suhu, metabolisme dan ketahanan tubuh bisa terpengaruh,” ujar drh Fajar Dany Prabayuda, pakar exotic pet Universitas Airlangga.
Karena itu, suhu kandang harus dijaga agar tetap ideal untuk ular dan kadal. Dari segi makanan, biaya untuk pakan ular lebih besar. Karena ular tergolong karnivor, makanannya adalah daging.
Penyediaan pakan seperti tikus, ayam, atau marmut adalah suatu keharusan. Lain halnya dengan jenis-jenis kadal. Beberapa kadal seperti iguana atau gecko membutuhkan pakan yang lebih terjangkau seperti buah, sayur, atau serangga.
Yang tak kalah penting adalah penyesuaian kandang dengan habitat asli. Untuk ular dan kadal yang bersifat terrestrial (hidup merayap di tanah), alas kandang harus diperhatikan. Kandang yang berupa akuarium jangan dibiarkan polos tanpa sentuhan. ”Sebaiknya diberi alas berupa dedaunan atau lumut kering yang sering dijual di pet shop khusus reptil,” ujar Dian.
Sementara itu, bagi golongan ular atau kadal arboreal (hidup di pepohonan), kandang harus dilengkapi dengan ranting berdaun. Tujuannya, kemampuan memanjat hewan tetap terasah. ”Bagi golongan kadal, ranting berdaun juga bisa melatih kesehatan kuku kaki,” jelas Dian.
Golongan kura-kura juga sering menjadi idaman para penghobi. Jenis kura-kura dibagi menjadi dua, yakni kura-kura darat ( tortoise) dan air ( terrapin). Dari segi perilaku, kura-kura darat lebih jinak. Jenis yang paling populer adalah sulcata alias African tortoise. Bentuknya yang imut membuat kura-kura pemakan tanaman itu begitu menyenangkan untuk diajak bermain.
Kandang kura-kura darat disarankan berupa akuarium, lengkap dengan rerumputan kering yang sesuai dengan habitatnya di padang rumput Afrika. Untuk menjaga suhu tetap hangat, penggunaan lampu UV juga disarankan.
Jika kura-kura darat cenderung jinak, lain halnya kura-kura air. Beberapa jenis kura-kura air bisa menggigit, misalnya snapping turtle atau bahkan kura-kura Brasil yang lucu. Dari segi makanan pun lebih beragam. Ada yang menyukai pelet alias makanan kering, ada pula yang makan ikan atau daging.
Untuk kandang, kura-kura air lebih menyukai lingkungan semiakuatik. Karena itu, ketersediaan air perlu diperhatikan. Buatlah agar akuarium memiliki air yang dangkal, bahkan bagian kering, sehingga kura-kura air tidak jenuh berada lama di air. Penambahan tanaman air pun bisa membuat kondisi kandang atau akuarium lebih mirip habitat asli.
Saat akan melakukan handling, pemilik harus yakin bahwa reptil sudah dijinakkan. Jangan ragu-ragu karena bisa jadi reptil akan menganggapnya sebagai ancaman. ”Ini yang justru membuat reptil takut dan malah menyerang,” jelas Dian. (len/c11/ayi)