Sulap Kardus Jadi Coffee Shop
Memiliki boneka Barbie kurang lengkap jika tidak memiliki rumah dan aksesorinya. Alih-alih membeli, Ayun Wulandari memilih berkreasi sendiri. Hasilnya? Tak kalah menarik dengan yang dijual di pasaran.
MELIHAT kreasi rumah boneka Ayun memang bikin kagum. Bekas kardus air mineral diubah menjadi ruangan bar salah satu Kotak bekas kertas HVS disulap menjadi kolam renang dengan ditempeli mosaik biru serupa ubin kolam renang. Dengan desain interior yang apik, Ayun sukses membuat ruang atau display untuk boneka Barbie milik putrinya, Marsha Agustin Wulandari.
Ketertarikan Ayun membuat display untuk boneka sebenarnya disebabkan dirinya enggan membeli. Harganya tergolong mahal untuk ukuran mainan. Maka, otak kreatifnya langsung bekerja. ’’Membuat sendiri itu rasanya juga lebih senang,’’ tambah perempuan yang tinggal di Sidoarjo itu.
Mengakui diri sebagai pencinta seni, Ayun mulai berkreasi menciptakan display dan aksesori boneka. Hingga kini, sekitar 20 display telah lahir dari tangan terampil Ayun. Mulai coffee shop, dapur, kamar tidur, hingga kolam renang..
Ayun tidak sulit untuk merancang karyanya. Sejak SMA, ibu dua anak itu sering dipercaya melakukan tugas dekorasi dan desain jika ada acara di sekolah. Keterampilan tersebut lantas dia asah dengan membuat display dan aksesori boneka. ’’Inspirasinya bisa dari mana-mana, mulai dunia nyata sampai internet,’’ jelasnya.
Kebanyakan karya Ayun terbuat dari bahan bekas. Lihat saja bahan yang digunakan untuk
atau ruangan khusus boneka. Semua berasal dari kardus dan kertas bekas. Benarbenar ramah lingkungan.
Detail-detail kecil seperti pot bunga, meja, gelas, kursi, dan tempat berendam kaki dibuat dari sisa tempat makanan kecil dan stik es krim. Ayun mengaku tidak kesulitan mencari bahan baku. Apalagi, kedua anaknya sering mengonsumsi snack. Bungkusnya bisa dikreasikan.
Mengenai desain interior display, semua berasal dari ide Ayun. Perempuan kelahiran Surabaya, 29 Januari 1983, itu suka mengamati berbagai ruangan untuk kemudian diterapkan ke karyanya. ’’Padahal, saya sama sekali nggak belajar tentang desain secara khusus,’’ ujarnya, lalu tertawa.
Untuk menghiasi kardus agar serupa dengan dinding ruangan, Ayun tidak perlu repot- repot mengecatnya. Dia cukup mencetak desain atau pola dari internet. Misalnya untuk dinding coffee shop yang bertekstur seperti batu bata. Ayun mencari pola batu bata di internet untuk kemudian dicetak dan melapisi kardus dengan pola itu. Hasilnya, kardus berubah menjadi dinding batu bata coffee shop.
Ayun juga bisa membuat pakaian dan aksesori boneka. Dia mengawalinya dengan mengukur tubuh boneka, lalu membuat pola. Terakhir, pakaian dijahit tangan dan ditambahkan detail-detail seperti pita atau payet. Voila! Jadilah busana boneka Ayun Wulandari.
Demikian pula aksesori. Biasanya, Ayun membuatkan tas dari kain perca atau barang bekas. ’’Semua handmade. Jadi, nilai seninya ada,’’ terang Ayun.
Selain tas, Ayun membuat bantal flanel sebagai pelengkap interior ruangan boneka. Perawatannya cukup mudah. Ayun mengaku tidak membutuhkan tempat khusus untuk menyimpan karya-karyanya. Yang penting harus bersih dan terhindar dari berbagai kotoran. Untuk menghilangkan debu, Ayun hanya perlu membersihkan display dengan menggunakan tisu.
Bukan hanya dirinya yang senang. Anak Ayun pun ikut senang karena mendapat mainan baru buatan sang ibu. Kini Marsha makin asyik bermain boneka yang lengkap dengan display dan aksesorinya. ’’ Tak jarang, Marsha meminta dibuatkan lagi,’’ cerita Ayun.
Tidak hanya dipajang di rumah, karya Ayun sering dipajang di akun Facebook- nya. Cukup banyak yang kagum dengan karya alumnus SMAN 12 Surabaya tersebut. Bahkan, ada yang menyarankan untuk dijadikan bisnis. Namun, Ayun mengaku belum berpikir ke situ. Alasannya, pengiriman karya yang mayoritas terbuat dari kardus itu cukup sulit. ’’Bisa rusak pas di tengah perjalanan. Jadi, sementara dinikmati saja sendiri,’’ ujarnya. (len/c19/ayi)