Kans Triyaningsih ke Rio Terancam
Cedera Parah, Harus Absen Enam Bulan
JAKARTA – Terjun di Jakarta Marathon 2015 bulan lalu (26/10) benar-benar keputusan yang merugikan bagi Triyaningsih. Gara-gara memaksakan diri, peluangnya untuk terjun dalam event paling prestisius di dunia, Olimpiade Rio de Janeiro 2016, terancam gagal total. Sebab, penyembuhan cederanya butuh waktu cukup panjang, yakni enam bulan.
Dr dr Ermita Ilyas, ketua komite medis Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), menjelaskan, pihaknya terus memantau kondisi Triya. ’’Cedera Triya kali ini parah. Tentu kami harus memberikan treatment khusus buat dia,’’ jelas dr Ermita kepada Jawa Pos kemarin (17/11).
Dalam enam bulan ke depan, dia kehilangan kesempatan mengikuti tiga kua- lifikasi Olimpiade. Yang pertama, Tokyo Marathon 2016 yang digelar pada Februari. Triya –sapaan pelari jarak jauh terbaik Indonesia itu– sudah pasti absen di sana.
Triya lantas dijadwalkan terjun dalam dua selanjutnya. Yakni, Nagoya Women Marathon pada 13 Maret dan Seoul Marathon pada 20 Maret. Namun, melihat perkembangan terakhir kondisinya, dua tersebut juga terancam tidak bisa diikuti. Tanpa kualifikasi, mustahil Triya bisa terjun di Olimpiade.
Sebagaimana diberitakan, Triya sudah merasakan cedera pada betisnya di tengah lomba. Tepatnya di Kilometer 25. Namun, dia memaksakan diri untuk finis. Demi menguber limit waktu PON 2016, dia memilih berlari sambil menahan sakit. Ternyata, otot betisnya robek.
Namun, harapan Triya untuk terjun di Olimpiade bukannya benar-benar sirna. Sebab, enam bulan adalah perkiraan kasar. ’’Bisa lebih cepat, tergantung progres dia saat ditangani nanti,’’ terang dr Ermita. Apalagi, PB PASI juga berencana mendatangkan dua pakar fisioterapi dari luar negeri untuk membantu mempercepat penyembuhan penggawa pelatnas atletik.
Ermita dan timnya mengevaluasi kondisi Triya dalam dua bulan ke depan. Pada Januari nanti, barulah Ermita bisa memutuskan apakah pelari 28 tahun itu cukup fit untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade atau tidak. Bagaimana pun juga, Triya adalah tumpuan Indonesia. ’’Apa pun keputusannya, kami akan mempertimbangkan demi kebaikan Triya dan masa depan atletik Indonesia,’’ terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, pelatih Triya, Wita Witarsa, menjelaskan, dalam waktu dekat, dirinya belum bisa memutuskan program latihan seperti apa buat Triya. Wita saat ini menyerahkan kondisi anak didiknya itu kepada tim medis PB PASI. ’’Hanya, harapan kami, dia bisa kembali berlatih bersama kami di Pengalengan,’’ ucapnya.
Alasannya jelas. Program latihan pelatnas lari jarak menengah, jauh, dan maraton harus terus berjalan. (nap/c23/na)