Harus Pandai Bagi Waktu
Kesibukan Abdul Nurawi Pimpin Tiga Organisasi Memasuki usia ke-54, Abdul Nurawi tetap energik. Pria keturunan Tionghoa tersebut aktif di tiga organisasi. Bahkan, dua tahun terakhir, Nurawi menjabat ketua umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
RUANGAN tersebut nyaris tidak pernah sepi. Tamu datang silih berganti. Mereka berkunjung dengan berbagai keperluan. Bahkan, tidak sedikit tamu yang hadir hanya untuk bersilaturahmi. Sebagai ketua umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo, Abdul Nurawi dituntut loyal terhadap semua orang. Khususnya jamaah masjid.
Meski begitu, Nurawi harus pandai membagi waktu. Pria 54 tahun itu tidak mungkin hanya fokus menemui jamaah masjid. Sebab, saat ini dia menjadi nakhoda tiga organisasi sekaligus. Selain menjadi ketua umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia, dia menjabat ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim dan sekretaris umum Ling Tien Kung Surabaya. ’’Ya harus pandai-pandai membagi waktu. Nggak mungkin kan hanya fokus di satu tempat,’’ ujar Nurawi saat ditemui di Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo, Surabaya, pekan lalu.
Nurawi belum lama menjadi pemimpin Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo. Dia resmi menjabat ketua umum pada awal 2014. Pria kelahiran 1961 itu mengaku awalnya keberatan saat diminta menjadi ketua umum yayasan tersebut. ’’Tapi, itu kan amanah. Masak ya ditolak,’’ ucapnya.
Dia mengungkapkan, pemilihan ketua umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo menganut prinsip musyawarah mufakat. Jadi, forum lah yang menentukan pemimpin untuk yayasan yang kental dengan nuansa Tionghoa itu.
Bagi dia, menjadi nakhoda Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia merupakan tantangan tersendiri. Selain belajar tentang kepemimpinan, dia harus memperdalam ajaran Islam. Ya, Nurawi tidak terlahir sebagai muslim. Dia baru menganut agama Islam pada 1997. Selanjutnya, pada 1998 dia berkesempatan menunaikan ibadah haji. ’’Dari sana saya mulai mempelajari lebih dalam soal Islam,’’ ungkapnya.
Suami Intan Megawati itu menjelaskan, secara keseluruhan, Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo sama dengan masjid pada umumnya. Yang membedakan hanya desainnya. Ya, masjid di Jalan Gading Nomor 2, Ketabang, Genteng, tersebut kental dengan nuansa Tionghoa.
Keberadaan Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo tidak hanya menambah jumlah tempat peribadahan umat Muslim di Indonesia. Menurut dia, masjid itu juga digunakan menghimpun masyarakat muslim Tionghoa. ’’Muslim yang dari ras Tionghoa kan masih sangat sedikit. Dengan masjid tersebut, harapannya, mereka tidak merasa dimarginalkan,’’ jelas pria yang berulang tahun pada 9 Juni itu.
Saat ini dia tidak hanya memimpin satu Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia di Surabaya, tetapi 13 masjid. Empat di antaranya berada di Jatim. Yakni, Surabaya, Pandaan, Jember, dan Banyuwangi.
Selain menjadi ketua umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo, dia menjabat ketua Aprisindo Jatim. Asosiasi tersebut membawahkan 50 perusahaan sepatu di Jatim. Saat ini organisasi yang dia pimpin sejak 2013 itu memiliki aktivitas mendampingi 70 usaha kecil menengah (UKM) sepatu di Jatim.
Keseharian Nurawi tidak hanya dibagi untuk Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo. Bapak dua anak tersebut juga aktif di Lin Tien Kung Surabaya. Di organisasi tersebut, dia menjabat sekretaris. (rst/c20/nda)