Giatkan Gerakan Melawan Superbug
SURABAYA – Sebelum 1940, banyak orang terkena infeksi yang berujung pada kematian. Sebab, belum ditemukan antibiotik. Namun, setelah antibiotik ditemukan, yang terjadi malah banyak bakteri dan kuman yang resistan terhadap antibiotik atau superbug.
’’Saya takut kalau suatu saat akan terjadi post- antibiotic era kalau tak kunjung ada sikap,’’ tutur Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia ( PAMKI) Prof dr Kuntaman SpMK( K).
Lebih lanjut Kuntaman menjelaskan mengenai superbug. Setiap 1 miliar bakteri yang dibunuh dengan antibiotik, dipastikan akan ada yang bermutasi menjadi kebal atau resistan. ’’Semakin banyak yang menggunakan antibiotik, akan banyak pula yang resistan,’’ katanya.
Padahal, bakteri akan berkembang biak setiap 30 hingga 60 menit. Bakteri satu dengan yang lainnya bisa melakukan perkawinan. ’’Satu hari saja sudah menjadi sekian mi- liar,’’ imbuhnya.
Sementara itu, penularan bakteri bisa terjadi lewat kontak tubuh. Paling banyak adalah kontak tangan. Menurut Kuntaman, superbug dapat dilawan.
Caranya bukan hanya dari dunia medis, namun juga peran serta masyarakat. Caranya, dengan penggunaan antibiotika dengan rasional. ’’Penggunaan antibiotika dengan indikasi yang memang dibutuhkan,’’ tuturnya.
Penyakit seperti demam berdarah atau panas lantaran flu tidak memerlukan antibiotik karena disebabkan virus. ’’Diskusi antarpasien dengan dokter akan meningkatkan kehati-hatian penggunaan antibiotik,’’ imbuh guru besar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unair itu.
Strategi kedua adalah mencegah penyebaran bakteri antarindividu. ’’Caranya, cuci tangan dengan air mengalir dan antiseptik se tiap akan dan selesai bersentuhan dengan pasien atau benda dari pasien di rumah sakit,’’ jelasnya. ( lyn/ c23/ ayi)