Industri Jamu Bidik Segmen Anak Muda
SURABAYA – Industri jamu merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Tanpa adanya regenerasi peminum di segmen anak muda, industri jamu bisa kehilangan pangsa pasar.
’’Saat ini memang peminum jamu mayoritas berasal dari kalangan tua. Sedangkan dari kalangan anak muda ( modern lifestyle) masih sangat minim, tidak sampai 5 persen jumlahnya,’’ kata Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya Perry Angglishartono kemarin (18/11).
Menurut Perry, potensi pasar anak muda kini cukup besar. Sementara itu, peminum jamu mayoritas masuk di kelas traditional lifestyle 95 persen. ’’Kalau generasi tua kan mereka lama-lama akan habis. Generasi muda inilah yang masih tumbuh. Agar bisa bertahan, industri ini harus mampu berinovasi untuk menyasar segmen tersebut,’’ ungkapnya.
Jamu Iboe pun telah bekerja sama dengan beberapa sekolah maupun universitas di Jawa Timur untuk mengedukasi minum jamu. ’’Strateginya harus bisa mengubah brand jamu dan mindset anak muda. Kalangan anak muda masih berpikir minum jamu itu kuno. Sekarang kampanyenya menggunakan kata herbal drink,’’ paparnya.
Jamu Iboe sendiri menargetkan market share dari kalangan anak muda bisa meluas ke 15 persen pada 2016. ’’Kami masuk melalui pop market yang didatangi anak-anak muda serta memperbanyak counter di pusat perbelanjaan. Bahkan, tahun depan Jamu Iboe mulai menyasar penjualan di supermarket maupun minimarket,’’ ungkapnya.
Untuk kalangan anak muda, cara penjualan produknya memang sedikit berbeda. ’’Harus masuk ke kafe dan restoran, dicampur dengan minuman yang sudah mereka kenal serta dengan sistem take away dengan cup sealer,’’ ucapnya. Selain menyasar kalangan anak muda, industri jamu harus melihat peluang pasar saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
’’Di MEA nanti banyak orang luar yang masuk, entah sebagai pekerja maupun wisatawan. Mereka bisa juga dibidik sebagai target market kita,’’ ungkapnya. Sampai saat ini, industri jamu di Indonesia terhitung paling kuat dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. (vir/c15/oki)