Jawa Pos

Hanya Ada di Pulau Belitung

Sebagian orang pasti pernah menonton film Film tersebut menceritak­an bahwa bumi akan kiamat garagara hantaman asteroid yang berukuran sangat besar. Apa itu asteroid? Meteorit? Bagaimana prosesnya sehingga bisa menjadi akik satam? Berikut analisis geolo

-

Armageddon.

ASTEROID atau yang disebut juga planet minor atau planetoid adalah benda yang berukuran lebih kecil daripada planet tapi lebih besar daripada meteoroid yang terdapat dalam tata surya kita. Karena ukurannya yang sangat besar, ketika menghantam permukaan suatu planet, asteroid akan menimbulka­n ketampakan seperti kawah yang sangat besar.

Sedangkan meteor adalah benda langit yang berukuran lebih kecil daripada asteroid yang tertarik ke bumi gara-gara gaya gravitasi. Meteor yang telah sampai ke permukaan disebut sebagai meteorit.

Meteorit tidak dapat ditemukan di semua tempat di permukaan bumi. Hanya tempat-tempat tertentu di dunia ini yang memiliki meteorit. Salah satunya Indonesia, tepatnya di Belitung Timur, Provinsi BangkaBeli­tung (Babel). Meteorit yang menjadi ikon ibu kota Belitung, yaitu Tanjung Pandan, itu disebut batu satam.

Batu satam diincar para kolektor dan pencinta akik karena langka serta memiliki tampilan yang unik. Dari keterangan di Wikipedia, batu satam kali pertama ditemukan di Pulau Belitung pada 1973, tepatnya di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Belitung Timur. Batu tersebut diperkirak­an berasal dari tumbukan meteor sekitar 700.000 tahun lalu.

Nama lain batu satam adalah billitonit­e. Namun, istilah ilmiahnya tektite. Tektite berasal dari bahasa Yunani, tektos, yang berarti meleleh. Umumnya, tektite memiliki ukuran sebesar kerikil dan berwarna hitam, hijau, cokelat, atau abu-abu. Tektite tersusun atas mineral gelasan yang berasal dari rombakan benda-benda ruang angkasa saat meteor menghantam permukaan bumi. Kisaran Berwarna hitam mengilap Mengandung kadar minyak yang tinggi Memiliki guratan yang bervariasi, mulai halus

hingga kasar Berdimensi maksimal

15 sentimeter Bila disinari dari bawah, pinggiran batu memancarka­n warna cokelat

mirip cincau ukurannya mulai milimeter hingga sentimeter. Tektite yang berukuran milimeter disebut microtekti­te.

Ada lima karakter atau sifat mineral tektite. Pertama, memiliki komposisi yang cukup homogen. Kedua, punya kandungan air dan volatilita­s yang sangat rendah. Ketiga, mengandung lechatelie­rite (gelas silika) yang melimpah. Keempat, memiliki sedikit kristal microlite serta biasanya terjadi reaksi kimia antara tektite dan batuan dasarnya yang terkena tumbukan. Kelima, memiliki distribusi yang luas di wilayah geografi tertentu.

Mineral tektite atau batu satam memiliki kemiripan dengan akik jenis obsidian. Sebab, keduanya sama-sama memiliki warna gelap dan kilap kaca serta tersusun atas mineral gelasan. Lalu, bagaimana cara membedakan­nya?

Meskipun sekilas mirip dengan gelas vulkanis (obsidian), tektite memiliki karakteris­tik sifat fisik yang tidak terdapat pada obsidian. Pertama, tektite tersusun murni oleh gelasan, sama sekali tidak mengandung kristal fenokris seperti obsidian. Kedua, meskipun keduanya memiliki kandungan silika tinggi (lebih dari 65 persen berat), komposisi kimia dan isotopnya lebih mirip dengan batuan serpih atau sedimen daripada gelas vulkanis. Ketiga, tektite hampir tidak mengandung air (hanya kurang dari 0,02 persen berat), tidak seperti gelas vulkanis terestrial. Keempat, pola aliran seperti lipatan dalam tektite mengandung partikel lechatelie­rite yang tidak ditemukan dalam gelas vulkanis (obsidian). (*/c11/agm)

 ?? WIKIPEDIA ?? MIRIP OBSIDIAN: Dari kiri, mineral tektite dari tumbukan meteor, sampel batu satam, dan cincin akik batu satam dari Belitung Timur.
WIKIPEDIA MIRIP OBSIDIAN: Dari kiri, mineral tektite dari tumbukan meteor, sampel batu satam, dan cincin akik batu satam dari Belitung Timur.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia