Tas Kanvas Girlie yang Ngehit
Jangan kaget kalau di masa depan Dellie Threesyadinda dan Serafi Anelies Unani lebih dikenal sebagai desainer. Saat ini mereka sudah merintis label untuk kreasi masing-masing. Dari Lapangan Jadi Fashion Designer
item
fashion
SEHARI-HARI, pemanah nasional Dellie Threesyadinda dan sprinter Serafi Anelies Unani memang lebih lekat dengan kostum serta perlengkapan latihan. Namun, di luar lapangan, mereka sangat fashionable. Dinda –sapaan Dellie– sering tampil dengan dress maupun kombinasi jins dan blus yang memikat. Serafi pun tidak kalah stylish.
Kecintaan terhadap mode tidak hanya mereka tunjukkan lewat penampilan pribadi. Mereka juga menyalurkannya dengan mendesain beragam fashion item yang cantik. Dinda kini gandrung mendesain tas kanvas, sementara Serafi piawai merancang gaun serta kebaya batik khas Papua. Sudah bisa dijual pula!
”Dulu sebenarnya pengin bikin tas buat busur. Soalnya, busur panah cuma bisa diletakkan di tempat terbuka tanpa sarung atau tas,” kenang Dinda tentang awal pertaliannya dengan tas kanvas.
Keinginan Dinda membikin tas busur disambut dengan antusias oleh sang adik yang juga pemanah nasional, Della Adisty Handayani. Apalagi, Dinda berencana membuat desain tas yang unik. ”Aku pengin bikin dengan warna-warna girlie, kayak
atau biru muda. Lalu, diberi hiasan
Caroline Wozniacki Sesuai dengan kepribadiannya yang girlie serta kerap berpose mengenakan lingerie, Wozniacki dipercaya JBS Underwear untuk merancang pakaian dalam perempuan. Desainnya stylish dan sporty, tetapi tetap menonjolkan sisi feminin.
Cristiano Ronaldo Sering dipinang sebagai brand ambassador label kelas atas membuat selera fashion Ronaldo tumbuh secara alami. Dia sudah melansir lini pakaian dalam, kaus kaki, serta sepatu. Bekerja sama dengan desainer asal New York Richard Chai, Ronaldo siap bertempur di lini busana pria premium. lucu-lucu biar makin unyu,” tutur Dinda.
Tidak lama kemudian, dia bertemu dengan kakak sepupunya yang merupakan penjual kain. Ketika asyik melihat-lihat kain, matanya tertuju pada gulungan kain kanvas warna-warni. Dinda langsung terbayang tas kasual berbahan kanvas yang sekarang sedang ngehit di kalangan anak muda.
”Dari situ, aku langsung kepikiran untuk membuat tas kanvas saja. Kok kayaknya lucu,” kata peraih medali emas nomor compound perorangan pada SEA Games 2013 itu.
Nah, awal September lalu Dinda mencoba menggambar desain tas kanvas impiannya. Warna-warna yang dia pilih sebagai basic tas
Russell Westbrook Point guard Oklahoma City Thunder ini memiliki lini fashion kelas atas. Koleksinya, Russell Westbrook XO Barneys New York, melansir aksesori, sepatu, serta pakaian yang terinspirasi dari gaya hidupnya nan mewah dan trendi.
Nastia Liukin Setelah pensiun sebagai pesenam nasional AS, peraih emas Olimpiade Beijing 2008 ini banting setir menjadi desainer. Mulai 2009, Liukin bergabung bersama brand J.C. Penney sebagai desainer Supergirl Line bagi remaja. tersebut memang girlie, sesuai dengan karakternya. Yang membedakan tas Dinda dengan tas kanvas lain adalah desain yang unik plus ornamen yang lucu. ”Biasanya, aku cari referensi dari internet, lalu aku gambar ulang, tetapi dengan motif yang agak berbeda,” papar Dinda.
Setelah jadi, desain tersebut diunggah ke akun Instagram- nya. Eh, banyak respons positif dari para follower. Kawan-kawannya pun berebut meminta Dinda membuatkan tas untuk mereka. Dinda pun mulai berpikir bahwa keisengan membuat tas itu bisa menjadi lahan bisnis yang mengasyikkan.
Dinda tidak mematok harga tinggi.
Beth Newell Cyclist AS ini bekerja sama dengan Keirin Cut Jeans untuk mendesain celana jins khusus atlet. Desain tersebut menyesuaikan bentuk otot paha besar, tetapi pinggang ramping yang biasanya dimiliki para cyclist.
Johnny Weir Weir mempunyai passion tinggi terhadap dunia fashion. Selain merancang kostum ice dancing untuk Melissa Gregory dan Denis Petukhov, mantan ice skater dunia itu menjadi desainer koleksi perempuan untuk situs edressme.com. Sekitar Rp 300 ribu–Rp 500 ribu untuk satu piece tas yang dipasarkan di bawah label Art-Chery by Dellie itu. Kini Dinda mencoba memproduksi dalam jumlah besar untuk memenuhi banyaknya pesanan. ”Pertama jahit di Surabaya, tetapi sekarang beralih ke penjahit di Bandung. Karena di sana lebih murah ongkosnya. Jadi, aku bisa bikin banyak,” jelas dia.
Saat ini Dinda masih disibukkan dengan latihan untuk persiapan PON Jabar 2016. Karena itu, dia baru bisa memasarkan tas kreasinya di media sosial. ”Tapi aku juga pengin suatu saat nanti membuka toko sendiri,” ucapnya. (okt/c11/na)