Aksen Batik Papua Bikin Spesial
AWAL Serafi berbisnis fashion juga merupakan ketidaksengajaan. Meskipun, bukan karena iseng seperti Dinda. Dulu dia suka membuat busana sendiri lantaran sulit mencari dress atau gaun yang pas di tubuh mungilnya. Jika ingin tampil perfect, sprinter yang bertinggi 153 cm dan berat 43 kg itu harus membuat sendiri gaun impiannya.
’’Saya, kalau mau beli gaun, ketika cocok, ukurannya pasti kebesaran. Ya sudah, saya bikin sendiri saja,’’ jelas Serafi. Kecintaannya terhadap batik Papua turut menginspirasi Serafi untuk membuat gaun dengan corak khas.
Gaun pertama rancangan Serafi begitu chic. Atasnya adalah tube top kuning dengan tali spageti berbahan satin. Bagian bawahnya berupa rok batik yang flowing. Setiap menghadiri event resmi, Serafi mengenakan gaun karya sendiri. Alhasil, kawan-kawannya mupeng.
’’Itu bermula pada awal 2013. Sejak itu saya menerima order untuk merancang sekaligus membuat gaun,’’ tutur peraih emas 100 meter di SEA Games 2011 tersebut. Lama-kelamaan, kenang dia, order semakin banyak. Sebulan dia pernah menerima order lima gaun. Lagi-lagi, status sebagai atlet pelatnas membuat Serafi kewalahan.Untung, ada keponakannya, Griche Grabriella Unane, yang membantu.
Satu gaun rancangan Serafi dipatok mulai Rp 300 ribu, bergantung kepada kerumitan desain dan bahan yang digunakan. Dia juga tidak menyediakan gaun ready stock. ’’Saya hanya pakai sistem PO ( pre order),” jelasnya. Di tengah segala kesibukan Serafi, bisnis gaun tersebut mendatangkan omzet sekitar Rp 5 juta per bulan.
Salah satu customer paling setia Serafi mungkin adalah Tri Setyo Utami. Dia bahkan minta dibuatkan gaun untuk pernikahannya tahun lalu. Serafi membuatkan wedding dress biru muda yang cantik dengan sentuhan batik Papua.
Serafi kini berupaya melebarkan sayap bisnis. Dia merambah desain kebaya modern. Beberapa kawan sudah memesan kebaya untuk wisuda atau kondangan. ’’Saya memasarkan produk hanya lewat media sosial. Saya mau repot sewa-sewa toko atau cari pramuniaga,’’ tutur Serafi. (okt/c4/na)