Hindari Ekspektasi Tak Realistis
MENJADI anak tunggal tidak selalu berkaitan dengan kebahagiaan. Mulai mudah mendapatkan segala keinginan hingga tidak harus berbagi dengan adik atau kakak. Di sisi lain, anak tunggal bisa saja memiliki perasaan kesepian dan merasa kurang percaya diri.
Berbeda dengan anak yang bersaudara, anak tunggal tidak punya ’’teman’’ di rumah yang posisinya sejajar dengannya. ’’Efeknya, dia bisa menjadi penyendiri atau justru senang bergaul,’’ papar Rosdiana Setyaningrum MPsi MPHEd.
Psikolog sekaligus Heartsprings Therapy Center serta Diana & Associate tersebut mengungkapkan, sosok kakak atau adik yang tidak dimiliki anak tunggal bisa didapat dari saudara sepupu atau teman. Tantangan lain sebagai anak tunggal adalah ekspektasi orang tua. Kadang, sebagai anak satu-satunya, segala tumpuan dan harapan orang tua ditumpahkan kepada si tunggal. Yang dikhawatirkan adalah
tanpa mempertimbangkan minat, bakat, dan kemampuan anak.
Sebagai contoh, orang tua yang sama-sama berprofesi dokter berharap anak semata wayangnya juga menjadi dokter. Padahal, si anak memiliki di bidang seni. Harapan seperti itu akan menjadi beban tersendiri bagi anak.
Dia ingin membahagiakan orang tua. Namun, keinginan orang tua tidak sejalan dengan karakter dirinya. ’’Sesuaikan ekspektasi dengan kemampuan dan keinginan anak. Bagaimanapun, anak yang akan menjalani hidupnya,’’ tutur Rosdiana.
Dengan pola asuh yang tepat, stigma-stigma negatif mengenai anak tunggal tidak lagi berlaku. Anak tunggal tetap mampu menjadi individu yang mandiri, berprestasi, bersosialisasi dengan baik, dan mempunyai kepekaan sosial. (nor/c14/ayi)