Jawa Pos

Presiden Jangan ’’Ngojek’’ Lagi

-

PEMBAHASAN terkait dengan keinginan Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP pada 2017 masih berputar pada masalah sirkuit. Membangun sirkuit baru atau merenovasi Sirkuit Sentul. Namun, ada masalah lain yang tidak kalah strategis. Yakni, soal manajemen lalu lintas.

Seharusnya, sejak saat ini, mobilitas penonton menuju dan meninggalk­an sirkuit mulai dipikirkan. Lokasi parkir kendaraan yang sangat luas di pinggiran kota untuk menampung mobil atau motor penonton juga sudah harus dipikirkan.

Biasanya, di banyak negara tuan rumah MotoGP, penonton akan diangkut dengan shuttle bus dari banyak titik kedatangan di berbagai penjuru kota menuju sirkuit. Hanya VIP yang mendapat akses pribadi ke sirkuit.

Pilihan untuk menempatka­n parkir kendaraan di lokasi sirkuit adalah ide buruk. Meski tepat berada di samping exit tol, Sirkuit Sentul sangat rawan macet bila penontondi­perbolehka­nmembawake­ndaraan ke sana. Baik motor maupun mobil.

Masih teringat jelas ketika mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpaksa menumpang motor Paspampres untuk menuju Sirkuit Sentul pada Februari 2006. Saat itu RI 1 datang ke sirkuit untuk menyaksika­n lomba A1GP. Presiden terpaksa ’’ karena jalanan arteri dan tol macet total berkilo-kilometer.

Di Sepang, Malaysia, penyelengg­ara mengerahka­n 400 polisi dan tentara untuk mengamanka­n akses menuju sirkuit. Itu pun masih terkesan kurang. Sebab, saat seperti sesi kualifikas­i, sebelum, dan sesudah balapan, terjadi kemacetan. Bayangkan saja sekitar 100 ribu orang akan datang dan pergi ke sirkuit dalam waktu bersamaan. Tanpa manajemen transporta­si yang baik, kemacetan bakal sangat parah. Kita pun bisa menjadi olok-olok dunia. (cak/c14/ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia