Tenggelam setelah Berubah Arah
Penjelasan Nakhoda KM Wihan Sejahtera
SURABAYA – Pencarian penyebab tenggelamnya KM Wihan Sejahtera di Perairan Teluk Lamong pada Senin (16/11) mulai menemukan titik terang Rute Kapal yang sebenarnya Getaran terjadi Tanjung Jati
Buih Awal pemberangkatan Pelabuhan Tanjung Perak
Versi nakhoda kapal tersebut, Asep Hartono, dirinya bergeser dari jalur pelayaran yang seharusnya dilalui. Perubahan arah kapal itulah yang diduga menjadi ihwal musibah tenggelamnya kapal tersebut.
Pengakuan Asep itu berpotensi dianggap sebagai kelalaian. Sebab, perubahan arah tersebut belum mendapatkan izin. Meski Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih belum selesai menganalisis penye- bab kecelakaan itu, Ditpolair Polda Jawa Timur tetap bisa mengenakan unsur pidana.
’’Kami sudah minta keterangan nakhoda, katanya terjadi gesekan,’’ ungkap Wadirpolair Polda Jatim AKBP Nanang Masbudi kemarin (18/11). Asep bersikeras bahwa kapalnya menabrak benda di dalam laut. Namun, polisi tidak langsung yakin dengan jawaban tersebut.
Menurut Nanang, berdasar informasi yang didapat dari regu penyelam polair, tidak ada benda apa pun di lokasi tenggelamnya kapal itu. Di Teluk La- mong juga banyak kapal besar yang lewat, namun tidak pernah mendapat masalah ketika bersandar untuk melakukan aktivitas bongkar muat. ’’Dilogika aja, itu pelabuhan internasional. Pengerukan juga terus dilakukan,’’ jelasnya.
Karena itu, polisi akan segera memeriksa data digital alur perairan. Data tersebut memuat arah alur kapal yang sudah ditentukan Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak. Dari situ, juga bisa dilihat bahwa KM Wihan Sejahtera melenceng atau tidak.
Dugaan kelalaian juga diperku- at keterangan Asep saat bertemu dengan Komisi V DPR RI di Pelabuhan Tanjung Perak kemarin. Asep mengaku melihat sebuah kapal suplai di jalur pelayaran KM Wihan Sejahtera. ’’Di dekatnya ada bui. Saya takut itu penyelam,’’ tuturnya.
Dia sudah berupaya berkomunikasi dengan kapal tersebut, tetapi tidak ada jawaban. Saat kapal itu semakin dekat, dia memutuskan mengubah haluan kapal ke arah kanan. Pergeserannya sekitar 1,5 km. ’’Secara teknis, hal itu tidak bisa dibenarkan. Seharusnya, Asep meminta izin atau- pun memutuskan memberhentikan kapalnya,’’ kata anggota Komisi V DPR Capt Anthon Sihombing yang tadi berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Perak.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi V DPR Michael Wattimena menjelaskan bahwa pihaknya akan segera memanggil Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Pemanggilan itu bermaksud mengevaluasi kinerja syahbandar se-Indonesia. ’’Kami prihatin dengan proses kerja syahbandar. Sebab, kapal ini kan baru keluar, kok bisa celaka,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Ditpolair Polda Jatim menerjunkan tiga kapal untuk menarik bangkai KM Wihan Sejahtera. Upaya evakuasi kapal tersebut mulai dilakukan kemarin. Rencananya, tim evakuasi mendekatkan KM Wihan Sejahtera ke sekitar bangkai Kapal Tanto Hari. Itu dilakukan agar alur pelayaran kembali lancar. ’’ KM Wihan Sejahtera sudah mengalami pergeseran 20 meter dari posisi awal tenggelam,’’ ucap AKBP Nanang Masbudi.
Polisi juga menerjunkan tiga regu yang bergantian mengamankan TKP. Tujuannya, agar tidak ada warga yang mendekat ke sekitar lokasi tenggelamnya kapal. Babinkamtibmas Ditpolair pun sudah memberikan warning kepada warga di sekitar perairan Selat Madura agar tidak mendekati lokasi tersebut.
Di bagian lain, 17 penumpang yang diinapkan di Hotel Niaga sudah dipulangkan dengan menggunakan pesawat. Kemarin sekitar pukul 06.00, mereka dikawal petugas dari Polres Pelabu- han Tanjung Perak menuju Bandara Internasional Juanda. ’’Semua biaya ditanggung PT Tri Mitra Samudera,’’ terang Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Arnapi.
Sebanyak 17 orang itu terbang ke berbagai tujuan. Perinciannya, 8 orang menuju Ende, 5 orang ke Maumere, dan 4 orang ke Labuan Bajo. Sementara itu, 80 orang lainnya sudah dipulangkan pada Selasa malam (17/11). Mereka meminta uang pesangon sebesar Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta.
Hingga kemarin, PT Tri Mitra Samudera belum mau memberikan penjelasan. Saat ditanya soal pertanggungjawaban, dua perwakilan mereka, yakni Widya dan Istiqomah, terus berjalan tanpa mengucapkan sapatah kata pun sambil melambaikan tangan. (did/c20/fat)