Wajib Cek Ulang Tower-Reklame
Jelang Musim Hujan, Pemkot Keluarkan Warning
SURABAYA – Musim hujan segera tiba. Pemkot me- warning para pemilik tower dan reklame agar mengawasi konstruksi bangunannya. Sebab, hujan yang disertai angin kencang bisa mengakibatkan tower dan reklame ambruk.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (DPUCKTR) Eri Cahyadi mengaku sudah mengirim surat peringatan kepada pemilik tower dan reklame. Surat tersebut dikirimkan sekitar sepekan lalu. Di surat tersebut, pemkot meminta pemilik reklame dan tower mengecek lagi konstruksi bangunannya. ”Kalau melihat ada yang keropos atau kurang kuat, harus segera diperbaiki,” tegasnya.
DPUCKTR merupakan dinas yang mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB), termasuk untuk konstruksi tower dan reklame. Memang, ada mekanisme laporan secara bertahap dari pemilik tower terhadap kondisi bangunan mereka. Namun, pada musim hujan yang sudah di depan mata, laporan saja belum cukup. Perlu ada pengecekan ulang. ”Jangan sampai ada konstruksi yang tidak kuat dan jatuh sampai menim- bulkan korban,” tegasnya.
Hingga kini, pemkot sudah melakukan berbagai langkah untuk menghadapi musim hujan. Semua dinas sudah dipersiapkan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Langkah itu dilakukan lantaran Pemkot Surabaya tidak memiliki badan penanggulangan bencana daerah ( BPBD). Penanganan banjir, misalnya, melibatkan seluruh dinas yang berkaitan. Mulai dinas sosial, dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan, satpol PP, bakesbangpol linmas, hingga dinas kesehatan.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey menjelaskan, memang sudah seharusnya pemkot me- warning pengusaha reklame dan tower. Apalagi, reklame diberi tambahan peranti penguat sinyal. ”Jangan sampai konstruksi reklame yang ditambahi alat seluler itu berba- haya. Kena angin kencang, roboh,” ungkapnya.
Awey mengungkapkan, persoalan reklame dan tower sebenarnya bukan hanya masalah konstruksi. Namun, berkaitan pula dengan sistem perizinan yang dikeluarkan pemkot. ”Masih banyak tower yang melanggar, tapi belum ditertibkan. Alasannya, tidak ada dana jasa bongkar,” kata Awey.
Begitu pula dengan reklame. Dia menuturkan, sekitar 20 titik
lalu sumber: diolah reklame tidak bermateri iklan. Padahal, semestinya reklame tersebut terisi. ”Mungkin karena ekonomi sedang lesu, jadi gak laku,” ungkapnya. (jun/c10/oni)