Antara Toleransi dan Perhatian ke Keluarga
JAKARTA – Berbagai aksi intoleransi memang masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Namun, yang tergambar di dua tempat ibadah yang berdekatan, Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta, kemarin (24/12) setidaknya memperlihatkan bahwa negeri ini masih memelihara toleransi antarumat beragama.
Saat Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati di Istiqlal, di Katedral yang lokasinya berseberangan, tengah dihelat persiapan menyambut Natal. Keduanya berlangsung damai
”Umat Islam maupun umat Kristen sama-sama bisa menjaga persaudaraan,” kata Dirjen Bimbingan Islam (Bimas) Islam Kemenag Machasin.
Sehari sebelumnya, dalam peringatan Maulid Nabi di Istana Negara, Menag Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pesan supaya umat Islam mencontoh Rasulullah dalam membangun integritas pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. ”Melalui integritas yang kuat, negara akan maju dan bermartabat,” jelasnya.
Lukman juga sempat menyinggung keteladanan Rasulullah yang tidak bersifat eksklusif terhadap manusia lain. Dia menuturkan, Rasulullah tetap mengajarkan kepada umatnya untuk menghargai manusia lain. ”Rasulullah Muhammad adalah manusia pari- purna,” katanya.
Sementara itu, keluarga masih menjadi prioritas perayaan Natal tahun ini. Persekutuan GerejaGereja Indonesia (PGI) dan Kantor Waligereja Indonesia (KWI/ Kawali) menetapkan tema Natal 2015, yakni hidup bersama sebagai keluarga Allah. Tema itu mirip dengan tema Natal 2014, yaitu berjumpa dengan Allah dalam keluarga.
Sekretaris Umum PGI Pendeta Gomar Gultom menyatakan, keluarga memegang peran penting. Dia menambahkan, gereja memiliki misi untuk membenahi bangsa melalui lingkup keluarga. ”Karena itu, dalam Natal tahun ini dan tahun lalu, temanya bersinggungan dengan keluarga,” jelasnya di Jakarta.
Khusus untuk Natal 2015, Gomar menuturkan, tema hidup bersama sebagai keluarga Allah merupakan bentuk kegelisahan kondisi ke- luarga-keluarga masa kini. Dia menyatakan, banyak keluarga masa kini yang sedang menghadapi masalah pelik. Yaitu, terjebak atau dijebak oleh roh kerakusan.
”Roh kerakusan ini banyak sekali ragamnya,” tuturnya. Misalnya, kerakusan dalam urusan teknologi. Dia mengungkapkan, saat ini kualitas komunikasi antara anak-anak, ibu, dan bapak mulai berkurang. Salah satu penyebabnya adalah perangkat teknologi gadget.
Gomar menjelaskan, meski seluruh anggota keluarga duduk bersama-sama saat santap makan malam, ternyata tidak terjadi komunikasi kekeluargaan yang baik. ”Semua anggota keluarga sibuk dengan gadget masingmasing,” jelasnya. Dia pun berharap Natal 2015 menjadi momentum yang baik untuk merekatkan kembali komunikasi antara anggota keluarga. (wan/c5/ttg)