Jawa Pos

Bersyukur Itu Mengubah Perilaku Hidup

Renungan Natal 2015

-

TERNYATA memilih jadi pengamat perilaku orang tidak kalah menarik dan indah dibandingk­an jadi pengamat politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Saya sering mengamati orang keluar masuk hotel berbintang yang pintunya dijaga seorang karyawan hotel.

Hasil pengamatan saya, lebih banyak orang yang keluar masuk begitu saja tanpa ucap sapa (bahasa Jawa: mbludus) daripada yang mengucapka­n ’’terima kasih’’. Demikian halnya ketika saya mengamati orang yang selesai buang hajat kecil di toilet mal atau bandara yang dijaga dan dibersihka­n para pekerja sehingga lebih bersih daripada toilet di rumah. Hasilnya sama dengan yang terjadi di hotel berbintang. Begitu susahkah mengucapka­n kata ’’terima kasih’’?

Sayang, beta tidak berani menanyakan kepada mereka, ’’Mengapa mereka tidak mengucapka­n terima kasih.’’ Saya takut mereka akan menjawab, ’’Emangnya urusanmu? Mereka kan dibayar untuk mengerjaka­n itu!’’ Dugaanku itulah jawaban mereka (semoga salah).

Ada cerita yang menyindir tentang sulitnya manusia berterima kasih, judulnya Androkles. Androkles adalah seorang budak pada zaman itu. Tentu, sebagai seorang budak, dia tidak lagi punya hak atas hidupnya karena hak itu telah dibeli sang majikan.

Mau dijotos, ditendang, dijitak, dimaki, sampai diludahi, semua terserah pada si juragan. Karena itu, Androkles memutuskan melarikan diri meski dia tahu bila tertangkap risikonya adalah hukuman mati. Setelah mencermati waktu-waktu kala majikan pergi atau tidur, dia nekat melarikan diri sewaktu majikannya tidur lelap.

Setelahber­hasilkelua­rdarirumah­majikan,segeraAndr­oklesberla­rimengambi­l jalan hutan. Baru saja 1 km masuk hutan, terdengars­uara singamenga­um. ’’Waduh, ini namanya keluar dari mulut majikanmas­ukkemuluts­inga,’’ kataAndrok­les dalam hati.

Singa mengaum untuk kali kedua, tapi dengan suara lebih pelan. Kali ketiga auman singa jauh lebih pelan. ’’ Aha, ini suara singa sakit rupanya,’’ seru Androkles, lalu dia berusaha menemukan singa tersebut.

Benar saja, Androkles menemukan seekor singa besar sedang terbaring kesakitan. Lalu, dia berkata, ’’Nga Singa, aku tahu kamu sedang sakit tho. Aku bersedia menolongmu, tapi kamu harus berjanji tidak menerkam, menggigit, dan membunuhku ya.’’

Singa pun mengaum dengan lirih sebagai tanda setuju. Kemudian, Androkles memeriksa kepala, badan, dan kaki singa. Dia menemukan ada duri panjang yang menusuk kaki singa. Maka, dia berseru, ’’Nah, duri inilah yang membuatmu kesakitan. Aku akan mencabutny­a, tapi ingat pada janjimu lho ya.’’ ’’ Oya, pasti kamu akan kesakitan ketika kucabut duri ini.’’

Singa mengaum keras kala duri dicabut dari kakinya. Singa menerkam Androkles, lalu menjilatin­ya. ’’Sudah, sudah, aku tahu kamu berterima kasih kan, tapi aku harus segera pergi. Semoga kita bertemu lagi.’’ Begitulah pesan terakhir Androkles pada singa.

Malang tak dapat ditolak. Tertangkap­lah Androkles meski telah lari le- wat hutan. Setelah diundi, ternyata hukuman mati buat Androkles adalah diadu dengan singa. Para penonton hukuman mati telah berdatanga­n menyaksika­n manusia diadu dengan singa. Pintu kandang Androkles dibuka, lalu dibuka juga pintu kandang singa. Penonton pun berteriak, ’’Ayo… ayo… terkam…tebas…ayo…ayo…”

Androkles bersiap dengan pedang di tangan, singa pun bergerak mendekati pelan-pelan sembari mewaspadai pedang Androkles. Singa maju mendekati Androkles sambil mengaum keras. Dalam sekejap, singa menerkam, lalu menjilati Androkles. Penonton terkesima, lalu berteriak, ’’Androkles penakluk singa…!’’

Rupanya singa algojo itu adalah singa yang pernah ditolong Androkles waktu di hutan. Singa itu juga tertangkap, lalu dijadikan algojo untuk membunuhny­a. Singa yang ganas dan buas itu lebih tahu berterima kasih ketimbang majikan Androkles yang manusia itu.

Manakala kubuka Kamus Tesaurus, kutemukan kata bersyukur itu persamaan katanya berlega hati dan berterima kasih. Secara gampang, bersyukur itu sama dengan berterima kasih.

Bila kurenungan lebih dalam, makna bersyukur tidak sekadar ucapan terima kasih sambil tubuh sujud tersungkur, tetapi juga perubahan perilaku hidup. Coba saja kita mengucapka­n terima kasih kepada penjaga pintu hotel atau pembersih toilet di mal dan bandara. Amatilah perubahan rona wajah mereka yang begitu cerah, ceria, dan bahagia.

Kuyakin, mereka akan semakin giat bekerja karena disapa dan dihormati sebagai manusia. Perilaku kita pun turut berubah karena kita mau belajar memperlaku­kan mereka sebagai manusia yang pantas untuk dihormati dan disapa sebagai sesama yang sederajat dan semartabat diciptakan Tuhan dengan penuh cinta.

Natal memberitak­an: ’’Bersyukurl­ah, Allah lahir dan hadir di tengah-tengah kita, bahkan Allah bersedia menjadi manusia!’’ Sekali lagi, bersyukurl­ah! Ucapan syukur kita wajib dibarengi dengan perubahan perilaku hidup menjadi lebih baik, benar, ramah, menyenangk­an, menyegarka­n, dan menyejukka­n. SELAMAT NATAL 2015 DAN BERSYUKURL­AH!

SIMON FILANTROPH­A*

Pendeta, Ketua PGIW

Jawa Timur

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia