Jawa Pos

PKS Tetap di Luar Pemerintah

Dukung Kebijakan yang Prorakyat

-

JAKARTA – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memastikan tetap menjadi partai di luar pemerintah­an Joko Widodo-Jusuf Kalla. Penegasan itu disampaika­n meski sebelumya para elite PKS mengunjung­i presiden di istana. Meski demikian, PKS juga menegaskan komitmenny­a untuk mendukung kebijakan pemerintah yang berpihak kepada rakyat.

Ketua DPP PKS Al Muzzammil Yusuf mengatakan, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, pihaknya menegaskan posisi PKS sebagai oposisi yang loyal. Dalam hal tersebut, mereka tidak akan membabi buta dengan tidak mendukung seluruh kebijakan pemerintah. Jika memang ada kebijakan yang prorakyat, PKS akan memberikan dukungan penuh.

”Pertemuan presiden PKS dengan Presiden Jokowi tetap menegaskan bahwa posisi tetap di luar pemerintah dan Presiden Jokowi menghargai keputusan itu,” katanya.

Menurut Muzzammil, tidak ada pembicaraa­n tentang posisi di pemerintah­an antara PKS dan Jokowi. PKS juga tidak tahumenahu seberapa jauh isu reshuffle kabinet jilid II yang kabarnya segera dilakukan Jokowi. PKS juga memastikan tetap berada di barisan Koalisi Merah Putih (KMP). ”Pernyataan itu jelas sehingga kalau di kemudian hari hal tersebut tidak terbukti, ya dikritik saja,” kata pria yang ikut dalam pertemuan dengan Jokowi tersebut.

Muzzammil menilai pertemuan dengan Jokowi merupakan silahturah­mi biasa. Apalagi, sebelumnya PKS juga mengundang Jokowi untuk hadir di acara musyawarah nasional (munas). Namun, Jokowi tidak bisa hadir karena sedang melakukan kunjungan kerja ke Timur Tengah. ”Setelah itu kan ada pilkada serentak, sehingga baru kemarin bisa dilaksanak­an pertemuann­ya,” terang dia.

Muzzammil mengatakan, di dalam atau di luar pemerintah, PKS tetap bisa melakukan hal-hal yang berkontrib­usi kepada rakyat. Bagaimanap­un, pemerintah tetap membutuhka­n partai-partai di luar pemerintah sebagai pengawas. ”Jadi, kalau ingin menjadi bagian yang mengontrol pemerintah, harus di luar. Sebab, kalau semuanya berada di dalam pemerintah­an, siapa nanti yang mengawasi?” ujarnya.

Terkait dengan wacana merotasi kader PKS Fahri Hamzah dari posisi pimpinan DPR, Muzzammil mengatakan bergantung Presiden PKS Sohibul Iman. ”Saya tidak berhak berbicara itu. Itu kewenangan presiden (PKS),” ujarnya.

Dia berharap tidak lagi muncul gonjanggan­jing politik antara pemerintah dan DPR. Itu penting agar setiap pihak menjalanka­n fungsi dan kewenangan­nya. ”Selama masing-masing menjalanka­n fungsinya, saya rasa semua bisa berjalan baik, terlebih buat DPR dalam menjalanka­n fungsi pengawasan. Untuk fungsi legislasi dan anggaran juga bergantung pada pemerintah karena dilakukan bersama,” tutur Muzzammil. (bay/c10/ca)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia