Industri Kuliner Kehilangan Dua Momen
Di Jatim Hanya Tumbuh 12 Persen
SURABAYA – Tahun ini industri kuliner di Jawa Timur hanya mampu tumbuh di angka 12 persen. Angka tersebut lebih kecil daripada target pertumbuhan di awal 2015 yang mencapai 20 persen.
’’Banyak faktor yang membuat industri ini hanya mampu tumbuh di angka tersebut. Salah satunya, UMK naik, gas juga naik. Itu berdampak ke industri ini,’’ kata Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Tjahjono Haryono kemarin (24/12).
Dia juga menyatakan bahwa tahun ini industri tersebut kehilangan dua momen yang bisa menjadi pendongkrak, yaitu Lebaran dan liburan sekolah. ’’Lebaran dan liburan sekolah tahun ini momennya bersamaan. Kalau tahun-tahun sebelumnya terpisah, jadi kesempatan untuk bisa meningkatkan penjualan bisa lebih lama, tidak seperti tahun ini,’’ ungkapnya.
Meskipun begitu, tahun ini pertumbuhan kafe dan restoran baru di Jatim cukup menggeliat. Dia menuturkan, bahkan, beberapa restoran asing dari Filipina, Singapura, maupun Korea Selatan turut meramaikan industri kuliner Jatim.
Menurut dia, pemain lokal tidak perlu khawatir karena tren rata-rata masih didominasi kuliner dengan cita rasa daerah. Pemilik Wok Resto tersebut juga mengungkapkan, penjualan pada semester satu memang agak drop. ’’Di semester kedua berharap bisa tumbuh bagus, tetapi ternyata masih belum bisa,’’ tuturnya.
Dia menjelaskan, mulai terlihat kenaikan pada Oktober. Kemudian, pada November, penjualan mulai stagnan. Menurut dia, pada Desember, biasanya terjadi kenaikan 20–30 persen karena terdongkrak liburan sekolah, Natal, maupun Tahun Baru. ’’Potensi bisnis ini ke depan tetap akan bagus. Buktinya, pemain asing masih berminat berinvestasi di industri ini,’’ ungkapnya.
Dia juga menuturkan bahwa industri kuliner mampu menyumbang 8 persen dari total pendapatan asli daerah (PAD) di Jawa Timur. Selain itu, dia menyatakan, tren ke depan, masyarakat akan semakin jarang makan di rumah, tetapi memilih makan di luar. (vir/c20/tia)