Musim Para Kuda Hitam
Natal tahun ini lebih membahagiakan Leicester City. Bagaimana tidak, pada malam Natal tahun lalu mereka di posisi terbawah klasemen Premier League dan saat ini malah menduduki puncak. Tetapi, bukan hanya Leicester tim kuda hitam yang melejit di liga-liga
FORREST Gump bukan tentara yang pintar. Dengan level kecerdasan yang rendah, Gump semasa kecil hanya menjadi bahan cemooh. Tetapi, dengan segala kekurangannya, Gump mampu tampil sebagai pahlawan setelah berhasil menyelamatkan banyak nyawa di medan perang.
Tentu tidak berasal dari kecerdasan otak yang menjadi kekurangannya, melainkan kecepatan lari yang luar biasa kencang sebagai kelebihannya. Berkat jasanya itulah, Gump mendapat anugerah Medali Kehormatan dari Kongres setelah Perang Vietnam. Gump memang hanya karakter yang diperankan Tom Hanks dalam film berjudul sama
produksi Paramount Pic- tures pada 1994. Namun, kecepatan lari Gump sudah menginspirasi banyak orang. ’’Dan, kamilah Forrest Gump-nya Premier League,’’ kata Manajer Leicester City Claudio Ranieri sebagaimana dikutip
The Foxes –julukan Leicester– muncul sebagai kejutan terbesar Premier League musim ini. Sebab, klub tersebut berevolusi dari penghuni dasar klasemen Premier League ketika Natal musim lalu dan kini memuncaki klasemen pada hari Natal. Ranieri menyebut filosofi lari, lari, dan lari ala Forrest Gump menjadi kekuatan timnya.
’’Lihat permainan kami dalam dua bulan terakhir, kami bermain dengan stamina yang fantastis. Untuk selanjutnya, tidak ada alasan bagi kami untuk terus berlari dan terus berlari,’’ ujar Ranieri dalam wawancara sebelum pertandingan menghadapi tuan rumah Liverpool pada laga
di Anfield besok. Rahasia ketangguhan Leicester memang berada pada kecepatan lari para pemainnya
Claudio Ranieri
Manajer Leicester
Berdasar EA Sports Player Performance Index, sprintersprinter dari King Power Stadium mendominasi jajaran top ten pemain dengan lari yang paling cepat di Premier League.
Misalnya, Jamie Vardy dengan kecepatan 35,44 kilometer per jam. Lalu, Jeff Schlupp mampu berlari 35,26 kilometer per jam. Di bawah mereka, Marc Albrighton (35 km/jam), Ritchie de Laet (34,97 km/ jam), dan Wes Morgan (34,76 km/ jam). Di antara sepuluh pemain, lima orang adalah anak buah Ranieri.
Dari kecepatan larinya itulah, mereka berhasil menggunakan skema counter attack sebagai senjata mematikan. Tanyakan kepada Chelsea yang sudah dibuat kelelahan saat diempaskan 0-3 oleh Leicester (15/12), atau bek-bek Manchester United yang tidak mampu meredam kecepatan Vardy saat tertahan 1-1 (29/11).
Kalaupun Vardy diredam, masih ada Riyad Mahrez yang siap menjadi momok lain dari lini kedua. Mereka berdua yang menjadi ujung eksplosivitas permainan Leicester. Kombinasi keduanya sudah mengumpulkan 28 gol, Vardy 15 gol dan Mahrez 13 gol.
Ancaman itu yang sudah menunggu Liverpool besok (26/12) dan Manchester City (30/12). ’’Siapa pun akan kami hadapi dengan kelebihan stamina yang kami miliki,’’ ucap Ranieri. Secara terbuka, mantan pelatih Chelsea dan Inter Milan itu menyatakan sangat menghindari bermain ball possession.
Sebab, bermain dengan ball possession sama dengan bermain dengan otak. Sama dengan Gump, Leicester disebut Ranieri juga tidak punya kelebihan tersebut. ’’ Possession itu penting. Tetapi, kami lemah di situ. Kelebihan dari sisi stamina itu yang kami gunakan untuk menutupi kelemahan tersebut. Bagi kami, setiap bola itu ibarat bola terakhir,’’ ungkapnya.
Kalau sudah menyamai Gump, kini tugas Leicester bagaimana membuktikannya di akhir musim. Dilansir Leicester Mercury, Ranieri meminta anak buahnya menikmati puncak saja. ’’ Enjoy saja, tanpa tekanan dan jangan melihat ke bawah. Saya merasa kami belum siap bertarung untuk menjadi juara. Tapi, ingat, apa pun bisa terjadi di sepak bola,’’ lanjutnya.
Sebagai pemain yang pernah merasakan sentuhan tangan dingin Tinkerman –julukan Ranieri–, Wayne Bridge menyebut kans Leicester untuk mengakhiri musim yang penuh kejutan ini dengan pesta di akhir musim bukan mustahil. Dalam wawancara dengan 888poker.com, Bridge menyatakan bahwa kuncinya dari pemain Leicester sendiri.
Banyak prediksi yang menyebut magis Leicester hanya akan sampai pada paro musim. ’’Karena itu, yang mereka butuhkan hanya bagaimana caranya tetap konsisten. Setiap pekan tentu banyak yang mengharapkan Leicester selip. Selama ini memang belum terbukti, entah besok atau besoknya lagi,’’ katanya sebagaimana dikutip Mirror.
Leicester bukan satu-satunya kejutan di tengah musim ini. Selain klub yang sahamnya pernah dimiliki penguasa asal Indonesia bernama Iman Arif itu, masih ada klub kejutan dari top five liga lain yang juga menjadikan kelebihannya sebagai pelari cepat untuk mengejutkan di paro musim pertama ini.
Klub itu adalah Angers SCO. Klub debutan Ligue 1 tersebut sudah masuk tiga besar. Berbeda dari Leicester yang tajam di depan tetapi bobrok di belakang, Angers malah tumpul di depan dan kukuh di belakang. Di Ligue 1, pertahanannya menjadi yang terkuat kedua di bawah Paris Saint-Germain (PSG).
Jika PSG baru kebobolan sembilan gol dari 19 laga, Angers kebobolan 11 gol. Diberitakan Reuters, pelatih PSG Laurent Blanc yang klubnya pernah tertahan tanpa gol pada awal Desember lalu (2/12) mengatakan bahwa Angers bisa menjalankan skema secara rapi dari pertahanannya yang kuat.
’’Mereka lebih sering menciptakan gol dari khususnya pada rentang waktu 15 menit hingga 20 menit pertama,’’ kata Blanc. Satu lagi, saat menahan PSG, Stephane Moulin memperagakan formasi pertahanan berlapis dari skema 4-3-3. ’’Mereka bisa menempatkan sepuluh pemain di daerah sendiri. Siapa pun klub besar yang melawan mereka jelas akan kesusahan,’’ ujarnya. (ren/c4/ham)