Kala Reformasi Sepak Bola di Persimpangan Jalan
REFORMASI sepak bola Indonesia tak bisa ditawar lagi. Something must be done! Presiden Jokowi telah melakukan langkah-langkah tegas melalui kepanjangan tangannya, Menpora Imam Nahrawi. Semua itu dilakukan dengan harapan sepak bola bisa membanggakan rakyat Indonesia pada masa datang.
Perhatikan, motivasi dan harapan presiden be- gitu jelas; timnas Indonesia harus mampu menjadi kebanggaan. Perhatikan juga bahwa harapan dan tujuan tersebut bersifat teknis. Ini soal teknis bola, bukan politik. Bukan perebutan posisi, bukan omong besar kerja nol, dan sebagainya. Artinya, hanya dengan keputusan-keputusan teknis sepak bola yang tepat, harapan besar presiden, dan kita semua, mungkin terwujud.
Dengan demikian, federasi (PSSI) baru nanti mutlak dipimpin dan diisi orang-orang yang tidak hanya bersih dan nasionalis, tetapi juga paham betul teknis sepak bola.
Kalaupun ketua umum PSSI ke depan bukan orang bola, no problem, asal dia rela dan memiliki kerenda- han hati untuk memberikan wewenang serta kepercayaan penuh kepada orang-orang bola. Itu dilakukan guna sistem pembinaan dari SSB, diklat/akademi, sepak bola amatir, sampai ke jenjang sepak bola profesional yang semua bermuara pada pembentukan timnas Indonesia yang membanggakan
Pertanyaan besarnya adalah siapa saja yang akan masuk nanti? Kalau salah memilih, reformasi yang harus dibayar mahal ini (liga terputus, PSSI di- banned FIFA, dan lain-lain) akan sia-sia. Sebaliknya, bijaksana dalam memilih dan pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian akan terwujud. Di sinilah letak persimpangan jalan reformasi.
Federasi yang sehat, nasionalis –memikirkan kepentingan Indonesia, bukan keuntungan pribadi, golongan, atau partai–, dan mumpuni begitu penting artinya. Sebab, federasilah yang memutuskan sejumlah kebijakan dan gerakan yang ujung-ujungnya berdampak positif atau negatif pada kualitas timnas.
Pertanyaan besar kedua adalah langkah awal apa saja yang harus dilakukan guna meningkatkan kualitas timnas?
Memang, terlalu terbatas membahas semuanya di sini. Jadi, ada dua langkah taktis dan singkat yang bisa saya paparkan. Yang pertama dan utama adalah peningkatan kualitas pelatih melalui akademi pelatih satu pintu (di satu lokasi sehingga ada standardisasi dan bank yang jelas) di bawah supervisi AFC. Tolong dicatat, semua negara yang kini maju persepakbolaannya melakukan langkah ini sebagai titik awal pembenahan kualitas pemain di semua level.
Langkah kedua adalah memaksa klub profesional memiliki akademi usia muda di bawah standardisasi ketat federasi pusat. Akademi diharuskan memenuhi standar lapangan, memiliki kerja sama dengan sekolah sehingga pendidikan formal tidak terbengkalai, pelatih berlisensi B, serta memiliki staf pencari bakat profesional sehingga bakat-bakat di berbagai belahan Indonesia bisa terpantau dan tidak disia-siakan seperti sekarang.
Cukup dengan langkah teknis ini saja, saya meyakini akan berdampak superbesar bagi kemajuan sepak bola kita, trust me! Karena itu, tak boleh lagi klub berkelit tidak memiliki dana. Ada banyak cara kreatif untuk mendanai akademi. Bahkan, dana APBD pun boleh digunakan karena bersifat pembinaan.
Masih banyak lagi kebijakankebijakan teknis yang bisa dan harus dilakukan guna memujudkan impian Presiden Jokowi yang juga dambaan kita ber sa ma: timnas kita membanggakan Indonesia.
Mari kita berdoa bersama, semoga Yang Kuasa sudi memberi hadiah bagi rakyat Indonesia berupa manusia-manusia setengah dewa di federasi sepak bola kita. (*)