Pendamping Psikosis Masih Kurang Perhatian
SURABAYA – Menjaga dan mengawasi pasien psikosis bukan hal mudah. Apalagi tidak semua orang mau melakukan pekerjaan tersebut. Meski demikian, orang-orang yang mendedikasikan diri untuk merawat pasien psikosis, rupanya, belum mendapat apresiasi yang sesuai dengan beban pekerjaan mereka.
Selama ini, Pemkot Surabaya berusaha memelihara orang-orang yang menderita penyakit kejiwaan. Padahal, kebanyakan berasal dari luar daerah. Setelah sembuh, mereka dikembalikan ke daerah asal. ’’Ada relawan yang mendampingi mereka selama perjalanan,’’ ujar Kasi Rehabilitasi Anak dan Tunasosial Dinsos Surabaya Indra Suryanto kemarin (24/12).
Untuk sekali perjalanan memulangkan mantan pasien psikosis, para pendamping mendapat uang jalan Rp 105 ribu. Kemudian, jumlah itu dipotong pajak penghasilan (PPh) 6 persen sehingga total yang diterima hanya Rp 98 ribu.
Padahal, perjalanan yang ditempuh tidaklah mudah. Sebab, umumnya para penderita psikosis berasal dari kabupaten/kota yang berjarak ratusan kilometer dari Surabaya. Selain itu, mereka harus menghadapi perilaku para mantan pasien psikosis selama perjalanan. Meski dinyatakan sembuh, tidak jarang mantan pasien psikosis kumat pada saat-saat tertentu. ’’Kalau tidak mengamuk, ya buang kotoran di sembarang tempat,’’ ucapnya.
Menghadapi kejadian seperti itu, pendamping harus sigap menjaga dan merawat. Mereka juga harus bersabar untuk mencari alamat pasien sampai benarbenar kembali kepada keluarganya. Sebab, banyak yang dikira sudah berhasil mengingat alamatnya, tetapi sampai di lokasi ternyata salah.
Menurut Indra, para pendamping yang mau terjun menjadi perawat pasien psikosis memang tidak berorientasi pada penghasilan. Mereka melakukan pekerjaan itu atas dasar jiwa sosial yang tinggi. Meski demikian, dia mengakui, apresiasi kepada para pendamping masih kurang. ’’Sebab, anggarannya sangat terbatas,’’ ungkapnya.
Tahun depan pemkot berencana menaikkan uang jalan bagi pendamping saat mengantarkan pasien yang telah sembuh. Yakni, dari semula Rp 105 ribu menjadi Rp 230 ribu. Namun, biaya itu masih dipotong PPh 6 persen.
Indra menuturkan, setiap bulan pihaknya bisa memulangkan hingga 50 pasien psikosis yang sudah sembuh. Pemulangan dalam provinsi menggunakan mobil dari dinsos, sedangkan antarprovinsi dititipkan ke Dinsos Provinsi Jatim. ’’Paling banyak pemulangan saat hari raya,’’ ujarnya.
Sebelum dipulangkan, mereka ditampung di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih. Saat ini, jumlah penghuni mencapai 1.400 orang. Sebanyak 1.200 di antara jumlah itu merupakan pasien psikosis. Jumlah tersebut sudah melebihi daya tampung liponsos. (ant/c5/git)