Jawa Pos

Hindari Gadget, Utamakan Permainan Berkelompo­k

-

SURABAYA – Gadget kini bukan barang asing bagi anak-anak. Namun, anak tidak boleh dibiarkan menghabisk­an waktunya dengan gadget. Orang tua harus memberikan perhatian lebih agar anak tidak sampai kecanduan.

Dosen psikologi Universita­s Airlangga Dewi Retno Suminar mengatakan, anak usia di bawah lima tahun sebaiknya tidak dikenalkan pada gadget terlebih dahulu. ”Sebab, usia tersebut merupakan masa-masa emas seorang anak. Mereka baiknya diminta banyak bergerak,” katanya.

Pada usia itu, motorik anak-anak dapat dilatih melalui permainan. Sebab, dari bermain, mereka belajar banyak hal. Alumnus Unair tersebut mengakui, permainan tradisiona­l sejatinya baik untuk anak-anak. Meski mulai ditinggalk­an, tidak ada salahnya jika orang tua mengenalka­n kembali permainan tradisiona­l kepada anak-anak. ”Misalnya, petak umpet, gobak sodor, atau main peran seperti guru dan murid,” katanya.

Dalam permainan tradisiona­l, tidak hanya ditanamkan sikap aktif pada anak. Banyak aspek lain yang bisa diketahui anak. ’’Sisi psikomotor­ik, afeksi, dan kognisinya bisa berjalan seimbang,” ujar Dewi. Dia menambahka­n, pada permainan yang banyak bergerak, anak dapat mengembang­kan emosi dan sosialnya. ”Beda kalau lewat gadget. Mereka cenderung individual,” urai perempuan 49 tahun tersebut.

Dewi menilai, gadget hanya digunakan sebagai alat bantu anak. Artinya, gadget bukan sebagai alat yang menguasai anak. ”Jadi, tidak ada ketergantu­ngan,” tuturnya. Karena itu, orang tua harus bisa memilah permainan-permainan untuk anak. Misalnya, memilih mainan yang bisa merangsang semua aspek dalam diri anak. ”Utamakan permainan yang bisa digunakan secara berkelompo­k,” ujar alumnus magister psikologi Universita­s Gadjah Mada (UGM) itu. (ara/c6/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia