Lebih Rutin Istighotsah daripada Touring
Pada 2008, komunitas vespa yang bernama Kaum Kusam terbentuk. Kini, anggota mereka lebih dari 200 orang. Aktivitas komunitas itu berbeda dengan kelompok otomotif lain. Kaum Kusam, Komunitas Penggemar Vespa Kota Giri
RABU siang (23/12) di depan pendapa Jalan KH Wachid Hasyim, hanya ada dua vespa yang terparkir. Sekitar setengah jam kemudian, pengendara vespa yang tengah lewat mampir. Begitu seterusnya hingga terparkir lima unit vespa.
’’ Ya begini kami. Tanpa janjian pun bisa kumpul dengan sendirinya. Tapi, ya nggak semuanya,” ujar Ketua Kaum Kusam Imin Bagas. Pria yang akrab dipanggil Kang Imin tersebut menambahkan, mereka tidak setuju jika kelompoknya disebut komunitas. Mereka lebih senang disebut persekawanan. ”Lebih dari komunitas. Konsep kami kekeluargaan,” imbuh lelaki 31 tahun itu.
Menurut Kang Imin, tujuh tahun eksis, kini mereka punya nyaris 200 anggota. Syarat bergabung pun mudah. Tidak harus memiliki vespa, asalkan suka dengan kendaraan roda dua asal Italia tersebut, itu sudah cukup. ’’Siapa pun boleh kalau mau terlibat. Tujuannya hanya satu, untuk memiliki kehidupan religi yang berkualitas,” jelas Kang Imin.
Tak seperti komunitas lain yang sering Mereka justru rutin gelar istighotsah dan doa bersama saat merayakan anniversary. Dua tahun berturut- turut mereka mengadakannya di Desa Ngablak, Kecamatan Benjeng. Sebab, ada beberapa anggota yang memang ting gal di desa itu. ” Warga di desa tersebut juga dikenal punya jiwa religi yang kuat,” terang Mandro, salah seorang anggota Kaum Kusam.
Mereka juga pernah mengadakan kegiatan serupa di Bungah, Sidayu, dan Gresik. Sebagian besar massa adalah anak-anak muda dari karang taruna. ”Jika klub motor lain biasanya rutin sebulan sekali atau seminggu sekali melakukan touring, kami tidak. Alasannya, tidak ingin dicap meramaikan jalan dan mengganggu orang lain,” ujarnya.
Anggota Kaum Kusam terdiri atas beragam usia. Mulai remaja SMP, SMA, mahasiswa, hingga para pekerja. Mayoritas pria. Jika ada perempuan, kalau tidak kekasih anggota, ya malah sudah jadi istri. Hanya ada sekitar lima scooterist perempuan dalam persekawanan itu.
Meyrinda Raftitasari, satu-satunya perempuan yang hadir Rabu lalu (23/12), mengaku tidak memiliki vespa. Dia tidak pula miliki hubungan spesial dengan salah seorang anggota. ”Di sini saya tanpa modal, tapi untung banyak,” tuturnya.
Meski tidak memiliki vespa, dia mengaku mendapat banyak hal. Yang istimewa adalah kekeluargaan. ”Saat ketemu di jalan, kita akan saling menyapa dan melempar senyum. Tolong-menolong itu juga hal pasti,” ujarnya. (c6/dio)