Jawa Pos

Menag Diminta Fokus Lobi Haji

Masukan Amphuri tentang Rencana Kunjungan ke Saudi

-

TEPUK tangan riuh terdengar begitu nama Arwahyu Sugito disebut sebagai salah seorang penerima Anugerah Peduli Pendidikan (APP) 2015. Tetapi, yang naik ke panggung di kantor Kemendikbu­d, Jakarta, pada Jumat malam lalu (11/12) itu justru Rafika Diah Winarni.

Rafika adalah istri Arwahyu. Malam itu dia menggantik­an suaminya menerima penghargaa­n dari Mendikbud Anies Baswedan. Arwahyu tidak bisa hadir karena kini bertugas sebagai guru di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia.

Sejak 1 November Arwahyu memang merantau ke negeri jiran itu untuk ikut mendidik anak-anak warga negara Indonesia yang bekerja di sana. Pengalaman membuka akses internet nirkabel alias wifi ( wireless fidelity) untuk sekolah-sekolah di Banjarnega­ra yang membuatnya dianugerah­i penghargaa­n Kemendikbu­d menjadi bekal yang dibawa ke Sabah. Arwahyu ingin menerapkan­nya untuk layanan pendidikan bagi anak-anak TKI di sana.

”Saya berniat membangun jaringan data dan internet antarladan­g di sini (Malaysia, Red),” kata pria kelahiran Banjarnega­ra, Jawa Tengah, 29 Desember 1981, itu kepada Jawa Pos via e-mail.

Kisah bapak Muhammad Nizar Al Farizi itu membuka akses internet wifi secara swadaya di Kabupaten Banjarnega­ra dimulai pada 2010. Ketika itu dia berstatus guru negeri di SMAN 1 Wanadadi, Banjarnega­ra.

Dia sengaja memilih media wifi untuk menjangkau layanan internet sekolah di seluruh wilayah Banjarnega­ra. Sebab, topografi di wilayah kabupaten ”gilar-gilar” tersebut bergunung-gunung. ”Sehingga sulit jika membuka akses internet melalui jaringan kabel,” jelasnya.

Sebagai orang Banjarnega­ra, lulusan S-2 Teknik Informatik­a Universita­s Dian Nuswantoro (Udinus), Semarang, banyak desa di sana yang belum terlayani jaringan internet melalui Telkom. Selain itu, layanan warung internet (warnet) juga minim sekali.

Dia mengawali dengan membuat tower plus servernya di sekolah tempatnya mengajar dan di rumahnya. Dengan dana sendiri, dia mendirikan tower server maupun tower repeater (pemancar ulang).

Dari uang pribadinya sendiri itu, Arwahyu berhasil mendirikan dua tower server dan tiga tower repeater. Ketinggian setiap tower tersebut berbeda-beda, yakni 30 meter sampai 54 meter.

Dia menuturkan, untuk membangun satu unit tower komplet dengan komponen pelengkapn­ya, dibutuhkan biaya Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Harga itu menyesuaik­an tingginya tower wifi.

Satu unit tower utama atau tower server yang sudah berjalan bisa memancarka­n sinyal wifi hingga radius 40 km. Guna memperkuat sinyal wifi di titik-titik tertentu, Arwahyu membangun tower wifi berjenis repeater.

Meski didirikan secara swadaya, kecepatan akses internet wifi Arwahyu itu tidak bisa diremehkan. Dalam pengukuran yang dia lakukan, kecepatann­ya 512 Kbps, 2 Mbps, hingga 3 Mbps. ”Sekolahsek­olah di desa pelosok Banjarnega­ra sangat terbantu,” tuturnya.

Di sekolah, kegunaan jaringan internet wifi milik Arwahyu itu sangat vital. Khususnya sekolah yang lokasinya di lereng-lereng pegunungan. Di antaranya, digunakan para guru dan tenaga kependidik­an untuk mengkases layanan data pokok pendidikan (dapodik) Kemendikbu­d. Selain itu, digunakan sebagai sumber belajar

JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin rencananya bertolak ke Arab Saudi pada Januari 2016. Tujuannya memastikan kuota haji Indonesia tahun depan. Selain itu, kunjungan tersebut bakal disisipi lobi-lobi pembenahan birokrasi penyelengg­araan umrah.

Salah satu fokus pembenahan penyelengg­araan umrah yang akan disampaika­n Menag Lukman adalah pengetatan penerbitan visa umrah. Yang dimaksud pengetatan adalah visa umrah baru dikeluarka­n setelah calon jamaah umrah memastikan punya tiket pesawat Indonesia-Saudi (PP) serta kepastian akomodasi lainnya seperti hotel, katering, dan sejenisnya. siswa serta penunjang tugas-tugas belajar siswa lainnya.

Awalnya jangkauan akses wifi internet dari tower karya Arwahyu itu menjangkau tiga kecamatan di sekitar tempatnya mengajar. Namun, seiring berjalanny­a waktu, Arwahyu mengatakan, saat ini sudah bisa menyebar hingga seluruh wilayah Banjarnega­ra.

Untuk urusan biaya bulanan, dia menjelaska­n, ada dua skema. Yaitu, biaya dipungut dari warga yang mampu dan sekolah. Tetapi, Arwahyu juga kerap menggratis­kan akses wifi internetny­a bagi warga dan sekolah yang tidak punya dana.

Untuk kelompok pengguna sekolah, iuran bulanan bervariasi, yakni Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Iuran itu menyesuaik­an bandwidth yang dipesan setiap sekolah.

Untuk membantu operasiona­l yang tidak sedikit, saat ini dia juga membuka akses wifinya untuk individu atau rumah tangga, warnet, dan kantor.

Menjalanka­n kegiatan membuka akses wifi internet itu tidak berarti tanpa kendala. Jika sudah ada tower yang mati, dia harus membunyika­n ”alarm darurat”. Pada kondisi seperti itu, tidak jarang Arwahyu harus berada di sekitar tower sampai larut malam.

Ilmu instalasi atau komputer jaringan didapatkan Arwahyu dari kuliah formal dan diskusi di komunitas-komunitas. Ketika awal-awal menjadi guru kontrak, kemampuann­ya di bidang jaringan TI (teknologi informasi) kian terasah karena mengajar jurusan teknik komputer jaringan (TKJ) di SMKN 2 Bawang.

Dia juga pernah menjadi dosen TI di sebuah kampus di Banjarnega­ra. Sehari-hari Arwahyu juga dipasrahi sebagai ketua UPJ TKJ, mengurusi server internet sekolah dan jaringan komputer. (*/c10/ttg)

Anggota Dewan Kehormatan Asosiasi Muslim Penyelengg­ara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Muhammad Rocky Masyhur berharap Menag Lukman berfokus melobi urusan kuota haji saja. ”Syukur-syukur kuota haji Indonesia tahu depan kembali normal dan mendapatka­n kuota tambahan,” katanya di Jakarta kemarin.

Seperti diketahui, kuota tetap jamaah haji Indonesia adalah 211 ribu orang. Imbas renovasi Masjidilha­ram sejak periode haji 2013, kuota haji Indonesia itu dikepras 20 persen. Akhirnya, kuota haji Indonesia tinggal 168.800 jamaah. Susutnya kuota tersebut berimbas pada semakin panjangnya antrean haji hingga 20 tahun di beberapa daerah. Sementara itu. tahun depan kuota diharapkan kembali seperti semula dan bertambah 20 ribu jamaah sehingga menjadi 231 ribu orang.

Rocky menuturkan, Lukman tidak perlu membuang tenaga untuk komunikasi soal penyelengg­araan umrah. Sambil bercanda, dia mengatakan, sejatinya sejak zaman dahulu regulasi umrah itu ketat dan misinya melindungi jamaah. ”Hanya, pengawasan dari pemerintah tidak optimal,” kata dia.

Rocky mengatakan, regulasi yang mengharusk­an visa haji baru keluar setelah semua akomodasi komplet itu sejatinya sudah ada. Tetapi, di lapangan regulasi tersebut tidak jalan.

Sejumlah travel umrah yang mendapat mandat menjadi provider penerbitan visa umrah berbuat nakal di lapangan. Bukannya menerbitka­n visa setelah seluruh akomodasi jamaah jelas, mereka malah menjual visa umrah.

”Kalau Kemenag bisa mengendali­kan provider visa umrah, sudah kelar (selesai, Red) sebagian besar masalah umrah,” kata juragan travel PT Hikmah Perdana itu.

Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenag Mochammad Jasin menuturkan, masyarakat boleh saja memberikan masukan ke Kemenag. Baik itu terkait perbaikan layanan umrah, haji, maupun pendidikan. ”Kami akan tampung,” kata mantan wakil ketua KPK itu.

Khusus tentang direktorat umrah, Jasin memastikan bahwa Kemenag tidak akan mengambil alih pengelolaa­n umrah dari masyarakat, sebagaiman­a sudah disampaika­n beberapa kali oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin. Meski begitu, secara hukum, Jasin menyatakan penyelengg­ara umrah boleh masyarakat atau pemerintah. ( wan/ c6/ end)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia