Jawa Pos

Perlu Kejelian agar Tak Merugi

Mengamati Pencinta Batu Berburu Bongkahan Tren seputar batu akik masih menarik dan menjadi perbincang­an masyarakat luas. Kini orang juga melirik bongkahan ( Diperlukan ketelitian agar sial tidak menghampir­i.

-

rough).

BAGI pedagang batu, membeli bongkahan adalah teka-teki. Bagaimana tidak, saat batu berukuran besar ditemukan tukang gali, biasanya bentuknya masih tidak beraturan. Batu terbungkus oleh lumpur dan kulit batu berwarna cokelat keras. Yang berkutat di dunia perbatuan bisa dengan mudah mengetahui isi yang terkandung di dalamnya. Tapi, bagi pedagang baru, membeli bongkahan tentu seperti berspekula­si.

’’Untuk memprediks­i batu jenis apa atau warna apa saja yang terkandung di dalam bongkahan batu, perlu pengalaman khusus. Ini kayak berjudi. Bisa benar, bisa salah. Jadi, wajib punya keahlian ini supaya tidak rugi,” ujar Yudi Nugraha, pemilik Lasminingr­at Gemstone, di Jakarta kemarin.

Bahkan, pria yang belasan tahun menekuni bisnis jual beli batu mulia itu mengaku pernah merugi karena salah menerka isi batu yang dibeli dari para penambang.

Awalnya, dia mengira bongkahan batu ratusan kilogram itu berisi batu pancawarna. ”Waktu dipecah, ternyata warnanya kacau. Saya rugi Rp 150 juta,” katanya.

Namun, bila prediksi bongkahan batu benar, keuntungan berlipat pun di depan mata. Misalnya, batu dibeli Rp 100–200 juta. Batu tadi lantas dipecah-pecah menjadi bagian yang kecil. Maka, bila terjual, hasilnya bisa mencapai Rp 1–2 miliar.

Yudi menceritak­an, pada awal tahun lalu, dirinya bisa mendapatka­n batu seberat 200 kilogram. ”Sebagian dari batu itu, 60 kilogram, saya sumbangkan untuk cenderamat­a Konferensi Asia Afrika di Bandung beberapa waktu lalu,” tuturnya.

Ada pula yang sengaja membeli bongkahan. Batu tersebut tidak diolah menjadi cincin, namun dikoleksi dalam bentuk bongkahan-bongkahan. Apalagi bila warna batu itu terlihat mencolok. Tentu tinggal sedikit dipoles. Batu-batu klawing atau red borneo biasanya cukup memukau untuk ditampilka­n dalam bentuk bongkahan.

Penggemar batu bongkahan tersebut juga bertebaran. Mereka suka karena alur dan serat batu lebih terlihat. Bukan ukuran kecil yang menempel di jari saja.

Ada pula yang menggemari bongkahan batu, namun biasanya hanya membeli yang berukuran kecil atau dalam bentuk pecahan. Mereka berharap bongkahan kecil itu bisa disulap menjadi batu cincin atau liontin dengan harga yang jauh lebih tinggi. ”Yang modalnya cekak bisa beli bongkahan kecil ratusan ribu rupiah,” kata Agung Pambayu, pemilik Agung Gemstone.

Menurut Agung, sekarang banyak pembeli yang mengincar batu-batu bongkahan kecil. Para penggemar setia batu akik itu biasanya mengolah sendiri batu tersebut di rumahnya atau membawa ke tukang potong dan poles batu. ”Batu bongkahan dipotong kecil-kecil dan dihaluskan. Ongkosnya lebih murah daripada membeli batu jadi,” sebutnya.

Bongkahan-bongkahan batu, kata Agung, banyak dijajakan para pedagang di pinggir jalan maupun di sentra-sentra batu akik. Bongkahan tersebut juga sering ditawarkan lewat pameran di hotel dan mal. ”Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, bergantung pada jenis dan besar kecil batunya,” kata dia. (wir/c6/git)

 ?? M.ALI/JAWA POS ??
M.ALI/JAWA POS
 ?? M.ALI/JAWA POS ?? LEBIH MURAH: Batu-batu cyclops papua dipecahpec­ah agar harganya terjangkau. Foto kanan, bongkahan batu pancawarna pacitan juga cukup cantik ditampilka­n secara utuh.
M.ALI/JAWA POS LEBIH MURAH: Batu-batu cyclops papua dipecahpec­ah agar harganya terjangkau. Foto kanan, bongkahan batu pancawarna pacitan juga cukup cantik ditampilka­n secara utuh.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia