Pamerkan Batu Mulia, Rancang Strategi Baru
PARA pedagang batu mulia tampaknya perlu merapatkan barisan. Selain harus pintar-pintar menyajikan batu yang dijual, mereka harus cerdik merancang strategi penjualan. Sebab, pameran-pameran batu akik dilaksanakan tanpa koordinasi yang baik sehingga justru membingungkan calon pembeli.
Misalnya, batu yang ditawarkan tidak melulu dalam bentuk akik. Namun, harus ada kreasi dalam bentuk lain. Misalnya, bacan ukir. Ada pula pencinta batu yang lebih menyukai kesan alami, yakni dalam bentuk bongkahan.
Karena itu, para pedagang perlu merancang strategi. Misalnya, menampilkan hasil kreasi batu-batu mulia. ’’Kalau kita bisa menyatukan penjual dari Sabang sampai Merauke, hasilnya pasti lebih baik. Paling tidak, penjual harus bisa diatur supaya penjualan berjalan tertib dan tidak saling bertabrakan dengan pameran lain,’’ ujar pemilik Galeri Gemstone Singgih Wicaksono kemarin (24/12).
Dia yakin harga batu akik dapat dikerek naik jika pameran dilaksanakan secara terkoordinasi. Maklum, selama ini, terlalu banyak pameran batu akik yang diselenggarakan di satu kota. ’’Contohnya, Surabaya sering mengadakan 4– 5 pameran bareng. Jadi, pasar bukannya tidak ramai, tapi pengunjungnya terpecah,’’ kata Singgih.
Seharusnya, jika ada koordinasi yang baik dan tidak saling berkompetisi memperebutkan pengunjung, hasilnya akan baik. Selain itu, promosi pameran akik selama ini kurang bombastis dan terkesan biasabiasa saja. Akibatnya kurang banyak masyarakat yang tahu tentang keindahan batu akik di pameran tersebut.
’’Promonya seharusnya gede. Kalau promo kecil-kecilan, jadinya seperti pameran lokalan,’’ katanya. Karena itu, dia berharap para pedagang batu akik lebih bersatu untuk mengatasi kondisi sekarang ini. Dia menjelaskan, saat ini, ada asosiasi yang mewadahi para pedagang dan kolektor batu akik, tetapi perannya belum maksimal. ’’Sekarang saatnya organisasi dikuatkan,’’ jelasnya. (wir/co2/git)