Senang Bekerja untuk Warga Kota
Berawal dari kesukaan melihat penampilan barongsai, Kurtubi berhasil menjadi atlet nasional wushu kelas 52 kilogram. Dari profesi itu pula dia mendapat pekerjaan di Satpol PP Surabaya. Atlet Wushu Nasional Penjaga Gudang Satpol PP
NAMA Kurtubi sudah lama dikenal banyak orang sebelum bekerja di Satpol PP Surabaya. Dia malang-melintang sebagai atlet wushu sejak 2004. Berbagai pertandingan, baik di dalam maupun luar negeri, sering diikuti. Dia pun sering memborong medali emas.
Namanya akhirnya dikenal mantan Wali Kota Tri Rismaharini. Saat bersua dengan Risma, Tubi –panggilan Kurtubi– terangterangan menyatakan ingin mengabdi di pemkot. Namun, ketika itu dia bingung akan bekerja sebagai apa.
Saat asyik-asyiknya mereka berbincangbincang, mobil satpol PP melintas. Seketika itu pula Tubi mengatakan ingin bergabung dengan jajaran yang saat ini dipimpin Irvan Widyanto tersebut. Sejak November 2013, dia resmi bergabung dan ditempatkan sebagai penjaga gudang. ’’Daripada dipinang daerah lain, saya lebih baik bekerja untuk warga Surabaya,’’ terangnya.
Sebagai atlet, Tubi juga ingin berjuang dalam perlombaan internasional. Namun, dia sadar, saat ini dirinya harus megabdi untuk warga. ’’Tidak apa-apa karena saya memang sudah memilih untuk bekerja,’’ tegasnya.
Awalnya, Tubi tertarik pada wushu karena suka menonton barongsai. Sejak Tubi kecil, orang tuanya sering mengajaknya menonton seni tarian tradisional khas Tiongkok itu.
Pada 2001, Tubi memutuskan untuk bergabung dengan Sasana Lima Naga untuk mempelajari tarian barongsai. Dalam waktu singkat, berbagai gerakan sudah bisa dimainkannya. Bahkan, pria 23 tahun itu sering tampil dalam beberapa pertandingan.
Tiga tahun setelah itu, Tubi mengenal wushu. Melihat gerakan-gerakan para atlet wushu, Tubi pun sangat tertarik. Dia memutuskan untuk masuk ke salah satu klub wushu di Surabaya.
Awal mula mengikuti latihan, Tubi sering diejek teman-temannya. Mereka menyatakan, orang pribumi seperti Tubi tidak akan bisa naik podium. Begitu pula statusnya sebagai anak pemulung. Banyak orang yang meremehkan kemauan dan kemampuannya.
Meski demikian, ejekan-ejekan itu tidak mampu menyurutkan semangat Tubi untuk menjadi atlet profesional. Tiga tahun kemudian, dia berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan nasional (kejurnas) di Jakarta. ’’Itu adalah pertandingan pertama saya,’’ tuturnya.
Berhasil meraih medali emas, Tubi membuktikan kepada teman-temannya bahwa orang pribumi bisa naik podium. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat alumnus SMK Bubutan jurusan mekanik otomotif itu sombong. Dia terus berlatih untuk mendapatkan medali emas lagi.
Setiap tahun Tubi tidak pernah absen mengikuti pertandingan wushu jenis petarung. Kejurnas, Menpora Cup, hingga Piala Hamengku Buwono berhasil dilaluinya dengan membawa pulang medali emas. Hingga akhirnya, dia terpilih mengikuti SEA Games 2011 di Palembang. (*/c5/git)