Jawa Pos

Pilih Jenang dan Jeneng

-

KALIMAT apa yang mungkin paling banyak didengar Saiful Ilah sejak 9 Desember lalu? Kirakira kalimat ini: ”Selamat dan sukses, Bah...”

Ya. Sejak sinyal hasil pilbup Sidoarjo memenangka­n Abah Saiful –begitu dia biasa dipanggil– ibarat bunga mekar saja. Banyak kumbang yang mengerubun­gi. Bukan saja mereka yang sejak awal mendukung, melainkan juga yang setengah-setengah mendukung.

Bahkan, ada yang semula anti pun mungkin berusaha tetap setor muka agar tetap ’’selamat’’. Tentu caranya beragam. Termasuk mungkin melalui jasa perantara.

Kembali terpilihny­a Abah Saiful sebagai bupati terbilang menorehkan sejarah baru. Betapa tidak. Dia dua periode menjadi Wabup dan bakal dua periode menduduki kursi bupati. Artinya, bakal 20 tahun umurnya untuk mengurusi Sidoarjo.

Tidak ada kegembiraa­n yang tidak berujung. Selalu ada kere po tan mengiringi kegembiraa­n itu. Begitu pula kegembiraa­n politik atas kemenangan Abah Saiful di panggung pilbup. Setumpuk pekerjaan rumah sudah menanti. Harapan masa depan Sidoarjo menjadi le bih baik lagi kembali tertumpu di pundaknya.

*** Ada sebuah pepatah Jawa yang tampaknya cocok didisemina­sikan pada profesi apa pun. Terutama untuk jabatan politik seperti kepala daerah. Bunyi pepatah itu: ” Ojo golek jenang, ning jeneng. Yen kowe golek jenang, mengko jenenge keri. Ning yen kowe golek jeneng, ateges golek jeneng apik, mengko jenange katut.’’

Tidak jelas dari siapa awal pepatah itu. Konon, Presiden Kedua Soeharto dan Mbah Maridjan juga pernah memopulerk­annya. Dalam beberapa kali kesempatan, pepatah Jawa itu juga kerap disampaika­n KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali), pengasuh Ponpes Bumi Shalawat, Sidoarjo, saat memberikan siraman rohani.

Jenang adalah makanan. Adapun jeneng adalah bahasa Jawa yang berarti nama. Kalau kutipan itu diartikan, kurang lebih begini. Jika seseorang berfokus memburu jenang dalam arti harta benda dengan cara membabi buta, namanya tertinggal. Mungkin saja berhasil meraih harta itu. Tapi, namanya bisa jadi rusak atau bahkan hancur.

Namun, jika mencari jeneng dalam arti mencari nama baik dengan bertindak amanah, jujur, dan adil, seseorang akan menda- patkan kepercayaa­n. Rezeki akan datang sendiri. Istilahnya, jenange bakal katut.

Bagi Abah Saiful, rasa-rasanya sudah memiliki jenang dan jeneng. Dari laporan harta kekayaan penyelengg­ara negara (LHKPN) yang pernah dirilis KPK, hartanya mencapai Rp 45,1 miliar dan 182 ribu dolar Amerika. Jumlah itu berada di urutan keempat daftar harta kekayaan para calon kepala daerah yang ikut dalam pilkada serentak di Jatim tahun ini.

Di atas Abah Saiful, ada nama cabup Tuban Fathul Huda dengan total kekayaan Rp 82,9 miliar; cawabup Lamongan Kartika Hidayati Rp 73,810 miliar; dan cabup Kediri Haryanti Rp 58,7 miliar.

Abah Saiful memang dikenal kaya sudah lama. Jauh sebelum dia masuk ke Pemkab Sidoarjo sebagai Wabup. Nah, dengan jumlah ’’jenang’’ sebesar itu, tentu dia tinggal terus berupaya menjaga ’’jeneng’’. Bagaimana menjaga namanya tetap harum, dihormati, disegani, dan terus dicintai masyarakat.

Lima tahun mendatang adalah periode kedua Abah Saiful menjabat bupati. Artinya, tidak ada kesempatan nyalon lagi menjadi bupati. Tetapi, kalau mau nyalon menjadi gubernur atau Wagub, masih bisa kok. Siapa tahu kepengin atau mungkin kelak ada yang menawari? He…he…

Rentang 2016–2021 menjadi pertaruhan mempertaha­nkan ’’jeneng’’. Di sejumlah daerah, pada periode kedua, sering kali seorang kepala daerah tersandung masalah hukum lantaran ’’jenang’’. Maka, jeneng- nya pun menjadi rusak. Masuk penjara. Tidak perlu disebut contohnya satu per satu. Ada banyak. Di antaranya di Sidoarjo.

Ada sejumlah sebab kepala daerah terjerat urusan ’’jenang’’. Satu di antaranya disebabkan orang sekeliling­nya. Orang sekeliling itu bisa para pejabat dinas atau lingkup SKPD lain. Nah, agar ’’jeneng’’ tetap terjaga, setelah dilantik nanti, Abah Saiful harus bisa memilah dan memilih, mana anak buah yang kesukaanny­a memburu ’’jenang’’ dan mana yang memang benar-benar bekerja demi nama baik.

Jika salah dalam memilih bawahan, bukan tidak mungkin bakal berdampak terhadap ’’jeneng’’ Abah Saiful. Sebaliknya, jika tidak salah pilih, maka wargu pun makin Bangga dengan Sidoarjo. Semoga. (*)

Wartawan Jawa Pos

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia