Jawa Pos

Produksi Tas dari Karung Goni, Bantu Orang Gila

Usia boleh muda-muda. Tetapi, enam mahasiswa Universita­s Internasio­nal Semen Indonesia (UISI) ini pintar memanfaatk­an peluang. Karung goni disulap jadi produk tas kreatif. Merintis Usaha Kreatif dan Sosial ala Mahasiswa UISI Gresik

-

BERKARYA dengan karung goni ibarat bernostalg­ia. Pada masa-masa kecil, para mahasiswa semester V ini ingat sejarah ketika rakyat Indonesia mengenakan karung goni untuk pakaian pada masa penjajahan. Kotor dan memicu gatal-gatal.

Mereka juga pernah melihat karung goni dijadikan beraneka macam produk. Mulai busana, topi, hingga produk kerajinan. Kreasi itu pun cantik-cantik. Anak-anak muda tersebut lantas tertantang untuk membuat dan menjualnya sendiri. Mereka adalah Athira, Faris, Fatimah, Hafiz, Ika, dan Ardy.

’’Awalnya tugas kuliah bisnis sosial,’’ kata Ardy yang bernama lengkap Ardy Farreza itu. Agustus lalu ide tersebut muncul. Yakni, memproduks­i barangbara­ng berbau fashion dengan bahan dasar karung goni. Tas khususnya. Namun, ide tidak berhenti di situ. Sebab, mereka harus memikirkan juga aspek sosial untuk rintisan bisnis tersebut.

Nah, di tengah proses itu, mereka kerap menyaksika­n banyak orang gila yang berkeliara­n di jalanan. Pakaian mereka compang-camping. Di penampunga­n liponsos, mereka juga belum mendapatka­n perhatian maksimal. Nasib mereka mengenaska­n. ’’Kami sepakat mendedikas­ikan hasil bisnis kami ini untuk mereka,’’ tambah Ardy, 21. Caranya, bekerja sama dengan dinas sosial.

Di sela-sela kuliah, Ardy dan kawankawan berbagi tugas. Fatimah dan Faris menyiapkan logistik atau pembelian bahan. Hafiz sebagai petugas operasiona­l atau mencuci dan memotongi karung goni. Athira mengurus desain produk dan produksi. Lalu, Ika bertugas di bagian keuangan dan Ardy di bagian marketing. ’’Modalnya urunan,’’ katanya.

Hafiz, misalnya, menyatakan harus teliti saat memilih bahan baku. ’’Karung goni ada bekas macam-macam. Ada yang bagus, ada yang jelek. Ada yang murah dan yang mahal, kita harus jeli,’’ jelasnya. Dia lebih tertarik pada karung goni yang bukan sintetis, melainkan yang dari serat jute. Yaitu, asli dari kulit batang pohon.

Athira pun demikian. Dia tekun mencari model tas yang sedang ngetren. Dia mencari cara mengombina­sikan warna, corak, maupun desain tas dan pouch (kantong) untuk ponsel, pensil, serta sebagainya yang kini digemari.

Mereka juga menyertaka­n cara merawat produk dari karung goni itu. Untuk mencuci, disarankan tidak menggunaka­n detergen. Cukup celup dengan air. ’’ Yang kotor bisa dilap dengan minyak kayu putih saja dan jangan langsung dijemur kena matahari,’’ paparnya.

’’Karung goni dikreasika­n dengan kanvas, jins, dan kulit supaya memikat,’’ tutur mahasiswi semester lima tersebut. Sedikitnya sudah ada delapan model baru yang mereka buat. Hasilnya mereka pasarkan lewat pameran-pameran maupun secara online.

’’Pembeli kami dari Gresik, Surabaya, Malang, dan banyak kalau yang online,’’ tambah Ardy. Mereka umumnya remaja usia SMA hingga dewasa. Banyak pula ibu-ibu usia 40 tahunan yang suka. Termasuk kalangan tertentu yang biasanya memesan model dan ukuran tertentu. Enam bulan berjalan, usaha mereka sudah beromzet jutaan rupiah per bulan. ’’Keuntungan­nya kami sumbangkan untuk orang-orang gila,’’ tegas Ardy. (c15/roz)

 ?? ANDINA/JAWA POS ?? KARYA SENDIRI: Dari kiri, Faris, Fatima, Athira, Ika, Ardy, dan Hafidz memamerkan beragam tas dari karung goni buatan mereka di kampus.
kan
ANDINA/JAWA POS KARYA SENDIRI: Dari kiri, Faris, Fatima, Athira, Ika, Ardy, dan Hafidz memamerkan beragam tas dari karung goni buatan mereka di kampus. kan

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia