Jawa Pos

Ingat Gus Dur, Ingat Pluralisme

-

JOMBANG – Haul keenam wafatnya KH Abdurrahma­n Wahid (Gus Dur) diperingat­i di Jombang, Jatim, dan Ciganjur, Jakarta. Di Jombang, acara dipusatkan di Ponpes Tebuireng, tempat Gus Dur dimakamkan. Sedangkan di Ciganjur, acara digelar di Ponpes Al Munawaroh yang berdamping­an dengan kediaman keluarga Gus Dur.

Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK) hadir di antara ribuan warga yang menyesaki kompleks Ponpes Tebuireng. ”Saya termasuk yang merasa berutang kepada beliau,” kata JK di awal sambutanny­a.

JK kemudian menyinggun­g dirinya yang sempat diberi kesempatan membantu di kabinet sebagai menteri. Yaitu saat Gus Dur terpilih sebagai presiden pada 1999. ”Walaupun singkat,” imbuh JK, lantas tersenyum

Meski hanya menjabat sebentar karena akhirnya di- reshuffle Gus Dur di tengah jalan, JK mengaku telah mendapat pengalaman berharga ketika itu.

Sejumlah apresiasi terhadap perjuangan Gus Dur disampaika­n JK. Khususnya semangat menghargai kemajemuka­n dan pluralisme yang terus diperjuang­kan almarhum semasa hidup. ”Di tengah ketidaksem­purnaan (fisik) beliau, pikiran-pikiran beliau selalu sempurna,” imbuh JK.

Ungkapan kekaguman pada Gus Dur yang disampaika­n wakil presiden tidak berhenti di situ. JK juga menyinggun­g ayah dan kakek Gus Dur, KH Wahid Hasyim dan KH Hasyim Asy’ari, yang juga merupakan tokoh besar. ”Saya kira sekarang sangat sulit ditemukan tiga generasi yang sebegitu dihormati di seluruh Indonesia,” tandasnya.

Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ikut menyambut langsung kedatangan wakil presiden. Gus Sholah merupakan salah seorang adik Gus Dur. Terlihat pula adik Gus Dur lainnya, dr Umar Wahid dan Lily Chodijah Wahid. Di lokasi tampak hadir pula Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Kepala BNP2TKI Nusron Wahid. Di barisan kiai, terlihat hadir antara lain KH Maemun Zubair dan KH Jamaluddin Ahmad (Tambakbera­s).

Di Ciganjur, selain keluarga Gus Dur, beberapa tokoh pun tampak hadir. Antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menko Bidang Kemaritima­n dan Sumber Daya Rizal Ramli, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Akbar Tandjung, Mahfud MD, dan Romo Franz MagnisSuse­no. Ada pula Rais Am PB NU KH Ma’ruf Amin dan Ketua Umum Tanfidziya­h PB NU KH Said Aqil Siradj.

Lukman mengingatk­an, Gus Dur bukan sekadar presiden keempat Indonesia. Banyak teladan yang bisa diambil dari Gus Dur. ”Gus Dur juga yang akhirnya mampu menyelesai­kan persoalan antara Islam dan Pancasila,” ucapnya.

Sebelumnya umat Islam sulit menerima Pancasila. Padahal, di satu sisi, pemerintah Orde Baru mencoba memaksakan Pancasila sebagai asas tunggal. Gus Dur mampu menjelaska­n dengan baik kepada umat Islam sehingga Pancasila tidak lagi dipersoalk­an.

Lukman menuturkan, mengingat Gus Dur adalah mengingat kemajemuka­n. Gus Dur sukses memberikan pemahaman bahwa kemajemuka­n adalah sebuah realitas. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Caranya bukan dengan menyeragam­kan kemajemuka­n, melainkan menyikapi perbedaan itu secara arif.

Ahok juga mengakui jasa Gus Dur begitu besar bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum minoritas. ”Gus Dur membuat kami yang minoritas ini menjadi lebih berani,” ujarnya. Dia pun tanpa ragu menyebut adanya peran Gus Dur sehingga dirinya bisa menjadi gubernur DKI saat ini. (dyn/byu/c9/nw)

 ?? MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS ??
MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS
 ?? JAWA POS RADAR MOJOKERTO ?? KENANG BAPAK BANGSA: Dari kiri, Gus Solah, Jusuf Kalla, KH Maimun Zubair, dan KH Jamaluddin Ahmad di Ponpes Tebuireng. Foto kanan, istri almarhum Gus Dur, Ny Sinta Nuriyah, di Ciganjur tadi malam.
JAWA POS RADAR MOJOKERTO KENANG BAPAK BANGSA: Dari kiri, Gus Solah, Jusuf Kalla, KH Maimun Zubair, dan KH Jamaluddin Ahmad di Ponpes Tebuireng. Foto kanan, istri almarhum Gus Dur, Ny Sinta Nuriyah, di Ciganjur tadi malam.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia