Jawa Pos

Puisi-Puisi MAHWI AIR TAWAR

-

lainnya Ditenggela­mkan hingga di kedalaman palung Olle ollang, olle ollang Bangkalan sendu dalam dekapan Masa lalu jauh dijelang Syaikhona Kholil sang panutan Yang berbahagia penumpang kapal Madura Demikian kiranya pengumuman saya layarkan Dari anyir pelabuhan ke laut impian Hal-hal yang tak berkenan harap dilabuhkan Di bentangan subuh di tepi laut duka dan lara Selamat datang orang seberang Di kebun sunyi kembang mayang Bila hendak menari, menarilah Panggung musim ’kan terdedah

Pendalunga­n, 2015 Kepada bapak, di pelabuhan Madura ataukah di Bugis? Olle ollang, olle ollang Zawawi bulan tertusuk ilalang Ke bukit puisi mendaki ingatan Olle ollang, Laut Karapan Asin puisi garam mayang Bulan Madura suar benderang Selaputi denyut nadi sunyi Di malam hening Zawawi bernyanyi

Tapi, seperti katamu, Zawawi: Kasidah itu, aturannya tak boleh didengar telinga Agar daun-daun rahasia semakin memancarka­n pesona Maka, kutulis ini riwayatmu Diiringi denting keringat di saku Jejakmu di semak dan batu Terdengar lagi di jalan berliku Biarlah bening riwayat di hati Denyutan rahasia urat nadi Di hati, diri, dan hari-hari Puisi hidupmu tak henti dicari Ada penyair sibuk menyisir Di atas kanvas guratan takdir Anugerah terpahat hati mendesir Anak ibu pelukis penyair Maka kuamini jalan puisimu Di jalan sunyi ‘kan terdedah Lukisan puisi suara kalbu Hiasi dinding seisi rumah Kepada airmata kandungan dendam Goresan merah penyair demam Zawawi melagu tembang malam Celaka ’kan berujung celah Bila dada tak kunjung dibelah Oleh celurit berlumur doa Diri setia dengan derita

Tapi, seperti kata saloka, Zawawi Jha’ nobi’an kole’na oreng Mon kole’na dibi’ etobi’ acerreng! Bango’ daddiya cetakka bilis Etembhang daddi bunto’na kandhilis Maka, kuamini kesunyianm­u, Zawawi Dalam diri, puisi tak enggan memberi! Di bawah langit di punggung bukit Tubuhmu, Madura, bertingkah genit Kemarau dibelai hujan ditimang Panggung musim berhias ilalang Setegak Aliief, Zawawi, kitari petang Peluh dikayuh tinggalkan tang-batang Ke Taman Sare pagi mengaum Di pasar Dungkek senyum terkulum Kain panjang lore pesisir Beli dan pakailah saat berdzikir Allah memang tak pandang dahir Senyum di hati terpancar dibibir Matahari menepi di tepi lapak Di lorong pasar, Zawawi, gelar sajak Ini batik bersulam jalak Kubawa dari kota Salak Kalian tahu Kota Salak? Kota kelahiran raja ulama’ Syaikhona Kholil, jangan dilupa Utusan Allah, ulama Madura Merah saga meriap di cakrawala Zawawi bergegas menerobos petang Ke sumber mata air puisi dijelang Sebelum peluh kering di dada Zawawi mandi sambil menari Di bawah bintang sebelum hujan Zawawi mandi sambil bernyanyi Dibawah bulan lagukan harapan Di pematang bulan tertusuk ilalang Padi menguning akan dijelang Bukit doa tertunduk hening Menyimak detak nadi bening

Di lereng bukit puisi Zawawi berkelok

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia