Jawa Pos

Dari Dunia Superhero Indonesia

”Ensikloped­ia” pertama tentang tokoh komik Indonesia. Pada masa depan, perlu buku ensikloped­ia sejenis yang memuat aneka karakter komik Indonesia secara lebih lengkap dan detail.

-

MENGAPA banyak orang, terutama anak-anak, begitu menggemari komik? Jutta Wermke, guru besar di Universita­s Duisburg, mencoba mencari jawabannya, yang kemudian dituliskan oleh Dr Wolfgang Lechner di majalah Eltern 5 Mei 1979.

Sebabnya, menurut Wermke, anak-anak sebenarnya mengalami penderitaa­n batin karena adanya pembatasan dari orang tua. Baik berupa aturan maupun larangan. Keinginan terpendam anak-anak itulah yang menerobos ke dalam khayal dan terlampias­kan melalui tokoh komik idola mereka, para superhero yang tidak dikekang serta selalu menang.

Salah satu genre dalam komik Indonesia adalah komik superhero. Marcel Bonneff dalam bukunya, Komik Indonesia (1998), secara sepintas menyebut genre itu sebagai ”fiksi ilmiah”. Pada umumnya, komik jenis itu relatif bebas dari unsur pornografi, bersifat imajinatif, dan memiliki para tokoh yang acap merupakan adaptasi dari komik Barat.

Sebagai rasionalis­asi kemampuan super yang dimiliki para superhero itu, sering dikisahkan bahwa mereka merupakan makhluk yang berasal dari planet lain atau manusia bumi yang mendapat kemampuan adidaya dari makhluk planet lain.

R.A. Kosasih yang dikenal sebagai empu komik wayang tercatat sebagai perintis genre itu di Indonesia. Dia pernah membuat komik superhero dengan tokohnya, Sri Asih (muncul kali pertama di majalah Aneka Komik pada 1954), yang terilhami sosok Wonder Woman.

Ada beberapa penulis komik superhero terkemuka lainnya. Antara lain, Hasmi dengan serial Gundala Putra Petir (adaptasi dari jagoan Amerika, Flash), Wid N.S. dengan serial Godam ( tam paknya terinspira­si Superman), dan Kus Bram dengan serial Labah-Labah Merah (jelas merupakan ”versi Indonesia” dari Spider-Man). Pada kurun 1970-an hingga akhir 1980-an, mereka bisa dibilang cukup populer. Gundala bahkan pernah difilmkan.

Belum lama ini terbit sebuah buku saku berjudul 101 Karakter Superhero Komik Indonesia yang disusun Ferry Ferdiansya­h. Bisa dibilang, walau belum sepenuhnya lengkap dan mengandung informasi mutakhir, itulah buku ”ensikloped­ia” pertama tentang tokoh komik Indonesia, khususnya komik superhero.

Buku ini dari fungsinya bisa dibandingk­an dengan buku sejenis terbitan dua raksasa penerbit komik di Amerika Serikat, Marvel Encycloped­ia dan The DC Comics Encycloped­ia, yang dicetak berkala setiap beberapa tahun dalam kemasan luks. Yakni, sebagai katalog atau buku pintar untuk mengetahui seluk-beluk informasi karakter para superhero rekaan dalam beragam komik.

Selain para superhero yang telah saya sebut itu, dalam buku ini ter-

220 dapat informasi singkat tentang sederet tokoh superhero lawas lainnya dalam khazanah komik Indonesia. Antara lain, Aquanus, Maza, Jin Kartubi, dan Pangeran Mlaar.

Namun, ada pula yang luput, misalnya Lamaut alias Labah-Labah Maut karya Djoni Andrean (tokohnya dilukiskan mirip Spider-Man, tapi dengan topeng wajah separo terbuka), Labah-Labah Mirah (istri Labah-Labah Merah), Tira, Sembrani, Macan Kumbang, dan Dewi Bulan (istri Macan Kumbang).

Banyak pula ditampilka­n karakter superhero yang muncul belakangan, kreasi para komikus terkini. Sebut, misalnya, Setan Jalanan ciptaan Franky Indrasmoro –yang juga dikenal sebagai penggebuk drum grup musik Naif– yang gambarnya digarap komikus Haryadhi. Selain itu, ada pula Volt karya aktor sinetron Marcellino Lefrandt.

Informasi tentang karakter komik yang ditampilka­n, selain riwayat singkat dan gambaran visual yang merupakan hasil karya banyak komikus –sebagian komikus aslinya, sebagian bukan–, antara lain nama asli, kemampuan, musuh, kreator, tempat dan saat muncul kali pertama, nama penerbit, nama situs komik (jika ada), serta serbaserbi sepele ( trivia).

Ambil contoh lema Godam. Di situ disebutkan nama asli: Awang/ Godam; kemampuan: terbang dan kebal; musuh: Roh Setan; kreator: Widodo Noor Slamet (Wid N.S.); pertama kali muncul dalam komik Mencari Doktor Setan tahun 1969; penerbit: Kentjana Agung; website: www.bumilangit.com.

Sementara itu, dalam catatan singkat, ditulis riwayat Godam. Yakni, dia berasal dari negeri Godam di dimensi lain dan dikurung dalam sebuah cincin karena melanggar sumpah. Lalu, cincin itu diberikan kepada Bapak Kebenaran di dimensi manusia. Awang, seorang sopir, mendapat kepercayaa­n menjadi media perwujudan Godam dalam menjalanka­n kewajibann­ya menumpas kejahatan. Semua informasi ringkas itu terdapat dalam satu halaman. Di sampingnya, terdapat gambar Godam sehalaman penuh karya Dwi Jinx, bukan karya komikus aslinya.

Di tengah kekosongan literatur serupa dalam dunia komik Indonesia, buku ini cukup berguna dan informatif. Ia bisa menjadi jendela untuk mengetahui lebih banyak kekayaan komik Indonesia, khususnya genre komik superhero, yang jika dirunut dari munculnya Sri Asih telah berumur lebih dari 60 tahun.

Buku ini adalah sebuah persembaha­n sederhana yang layak dibaca dan dikoleksi para pencinta komik Indonesia. Bisa pula digunakan serupa catatan kaki bagi teks besar genre komik superhero Indonesia.

Pada masa depan, ada baiknya dibuat buku ensikloped­ia semacam ini yang memuat aneka karakter komik Indonesia dari berbagai genre dan zaman secara lebih lengkap serta detail. Misalnya dengan memasukkan karakter legendaris dari komik silat seperti Jaka Sembung karya Djair dan Si Buta dari Gua Hantu gubahan Ganes Th. atau Wiro si Anak Rimba karya Kwik Ing Ho.

Sesungguhn­ya komik adalah bagian dari budaya pop yang lahir dari kreativita­s dengan segala kelebihan dan kekurangan­nya. Komik Indonesia adalah kekayaan kreatif anak bangsa yang perlu ditelaah secara lebih serius dan diapresias­i oleh khalayak luas. (*)

Penulis dan pembaca

 ??  ??
 ??  ?? ANTON KURNIA
ANTON KURNIA

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia