Jawa Pos

Ingin Perkasa, Burung Malah Terjepit Pelat

-

SURABAYA – Nasib sial menimpa Fulan (bukan nama sebenarnya) kemarin (26/12). Pria 40 tahun itu ingin ”burung” kesayangan­nya kuat. Yang terjadi, dia harus mampir di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Soetomo karena ”si burung” bengkak.

Fulan datang ke IGD dengan diantar istrinya. Dia tak tampak sakit meski masih bisa duduk dan jalan-jalan. Ketika petugas IGD menanyakan maksud kedatangan­nya, dia baru mengaku bahwa alat kelaminnya terjepit pelat besi yang sebenarnya digunakan untuk melatih keperkasaa­n

Gawatnya, si burung bengkak sehingga pelat besi itu tidak bisa dilepas. Pada saat pemeriksaa­n, ternyata ada dua benda yang menjepit burung kesayangan Fulan. Di bagian tengah ada ring selebar 2 cm yang menjerat kemaluanny­a. Di depannya, ada pelat berbentuk persegi panjang. Jangan dibayangka­n pelatnya setipis pelat sepeda motor. ”Pelatnya tebal, kira-kira 1 cm. Kalau besarnya pelat, ya hampir seperti pelat motor,” ujar salah seorang perawat yang tidak mau disebutkan namanya.

Pelat tersebut terbuat dari besi. Tentu tak ringan kalau harus dibebankan ke penis. Untuk membantu si ”burung” menopang berat besi, ada tali yang diikatkan di pinggir ring, lalu melingkar di pinggul Fulan. Jadi, Fulan bisa memakai celana, bahkan berjalan seperti orang normal.

”Motifnya agar kuat, jantan, dan bisa memuaskan,” ujar Kepala IGD RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB(K)-KL. Bukannya jadi kuat, yang didapat Fulan adalah bengkak di ujung penisnya. Dia pun harus ”berlibur” di IGD.

Sudah empat hari penis Fulan terimpit pelat besi. Awalnya dia tidak ingin pergi ke dokter dengan harapan bengkaknya sembuh dan pelat bisa dicabut. Namun, karena penisnya semakin membengkak dan sakit, dia memutuskan untuk ke IGD. ”Jalan satu-satunya ya harus dipotong besinya,” ujar Urip.

Untung, IGD RSUD dr Soetomo punya tim grendo yang memang spesialis memotong logam yang mengganggu semacam itu. Biasanya pemotongan besi menggu- nakan mesin gerinda. ”Dokter memang tidak diajari untuk memotong besi,” imbuhnya.

Pukul 17.00, Fulan masuk ke ruang operasi. Tim grendo yang digawangi petugas bernama Sugeng itu pun sudah bersiap. Gerinda yang menjadi senjata tim grendo dikeluarka­n dan langsung berputar untuk memotong pelat serta ring di kemaluan Fulan. Hati-hati sekali tim grendo bekerja. Tentu sebelumnya Fulan dibius agar tenang. ”Setelah besi dipotong, barulah tim dokter yang bertugas untuk membersihk­an luka,” kata Urip.

Kasus penis bercincin untuk alasan kejantanan memang langka. Di RSUD dr Soetomo, tahun ini hanya ada empat kasus. ”Tapi, itu membahayak­an. Tidak seharusnya penis diberi cincin karena bisa menghambat aliran darah,” ucapnya. (lyn/c7/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia