Jawa Pos

175 TPS Masih Kurang

Perumahan Harus Kelola Sampah secara Mandiri

-

SIMOKERTO – Pemkot harus segera membenahi tempat pembuangan sampah (TPS) sementara. Sebab, kondisi sejumlah TPS, seperti di Wiyung dan Tambak Rejo, sangat kumuh, bau, dan tidak sedap dipandang mata.

Berdasar pengamatan di lapangan, TPS Wiyung terletak di atas saluran air di antara jalan kembar Wiyung. Di belakang TPS tersebut berdiri Pasar Wiyung. Setiap hari pedagang membuang sisa jualan di tempat itu.

Camat Wiyung Khusnan menjelaska­n, rencananya TPS tersebut dipindah. Sampai hari ini, pemkot dan kecamatan belum mendapatka­n lahan relokasi yang tepat. ”Kami masih mencari areal untuk TPS,” ujarnya kemarin (26/12).

Menurut Khusnan, penentuan lokasi baru TPS itu harus dikaji terlebih dahulu. Sebab, TPS Wiyung menampung sampah dari Pasar Wiyung setiap hari. Jika tempat yang baru jauh dari pasar, pedagang tentu sulit menyingkir­kan sisa-sisa dagangan mereka. ”Itu juga harus dipertimba­ngkan,” tuturnya.

Pemandanga­n serupa terlihat di TPS Tambak Rejo di Simokerto. Lokasinya berada di Jalan Kenjeran. Setiap hari puluhan gerobak sampah memenuhi areal pembuangan sampah sementara itu. Bahkan, saking banyaknya, gerobak sampai memakan badan jalan. Hal itu membuat laju kendaraan tersendat.

Keberadaan gerobak sampah tersebut juga memicu timbulnya masalah lain. Di sebelah TPS itu, terdapat makam pencipta lagu Indonesia Raya W.R. Supratman. Dengan adanya gerobak sampah, areal tersebut tampak kumuh.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Chalid Buhari mengakui, dua TPS itu perlu segera dibenahi. Sebab, keberadaan­nya sangat meresahkan warga dan pengendara di jalan. Selain semrawut, timbul kesan jorok. ”Tahun depan kami benahi,” ucapnya.

Di Wiyung, kata dia, saat ini DKP dan kecamatan mencari lahan yang posisinya tidak di samping jalan. Sedangkan untuk TPS di Tambak Rejo, lanjut Chalid, belum ada opsi pemindahan. Namun, DKP akan mengurangi penggunaan gerobak sampah.

Mantan kepala Dinas Komunikasi dan Informatik­a (Diskominfo) Surabaya itu menambahka­n, ke depan pengelolaa­n sampah di Kota Pahlawan akan semakin modern. DKP sudah memesan sebuah truk kompaktor sampah. Truk itu dilengkapi alat pres. Alat tersebut bisa mengurangi beban TPS. ”Sehingga sampah tidak lama-lama ngendon di TPS. Langsung ambil dan pres,” terangnya.

Penumpukan sampah di TPS turut disumbang sampah dari perumahan. Sebab, selama ini perumahan tidak punya TPS sendiri. Belum lagi, laju pertumbuha­n perumahan di Surabaya sangat pesat. Jika itu tidak segera diatasi, sampah akan mengepung Kota Pahlawan.

Chalid mengakui hal itu. Saat ini jumlah TPS di Surabaya sekitar 175 TPS. Jumlah tersebut dinilai masih kurang. Untuk mengatasin­ya, ke depan pemkot membuat aturan tegas bagi perumahan. Setiap perumahan harus membangun TPS. Selama ini, menurut Chalid, perumahan-perumahan baru masih enggan membangun TPS sehingga sampah mereka nunut TPS terdekat. ”Nanti kami buat aturan agar perumahan bisa mengelola sampahnya sendiri,” ungkapnya. (aph/c7/nda)

 ??  ?? MENUNGGANG­I
GAJAH: Antrean panjang pengunjung yang ingin menikmati wahana di Kebun Binatang
Surabaya.
MENUNGGANG­I GAJAH: Antrean panjang pengunjung yang ingin menikmati wahana di Kebun Binatang Surabaya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia