Masuk Sepuluh Besar, Orang Tua Anggap Juara
Sosok Afini Putri rahmatika selalu menghayati arti sebuah kompetisi. Dua tahun mengikuti pemilihan Putri Indonesia Jawa Timur, dia menjadi satu-satunya finalis yang konsisten tampil berhijab. Perlu mental lebih. Afini ’’Pinieyes’’ Putri Rahmatika, Satu-
KEMERIAHAN grand final pemilihan Putri Indonesia Jawa Timur selesai dihelat 20 Desember lalu di ballroom Hotel Pullman Surabaya. Di antara sepuluh finalis di panggung, ada satu dara cantik yang mencuri perhatian. Dia berbeda. Gadis itu Afini Putri Rahmatika.
Ya, perempuan 21 tahun itu menjadi satu-satunya finalis yang mengenakan hijab. Dalam ajang kompetisi kecantikan seperti itu, mengenakan hijab menjadi tantangan yang amat berbeda. Namun, Afini mampu melewati semua tekanan. Dia lolos sepuluh besar ke
’’Mungkin ada yang menganggap possible peserta berhijab menjadi finalis. Tetapi, ternyata tidak,’’ kata Afini. Muslimah asal Kota Santri Gresik itu membuktikan tidak ada yang tidak mungkin.
Afini memang tidak berangkat tanpa pengalaman. Ajang Putri Indonesia (PI) Jatim 2016 bukan yang pertama. Dia sudah merasakan kompetisi itu saat ikut pemilihan PI Jatim 2015. Dia hanya masuk 20 besar atau semifinalis. Kala itu, dia disarankan agar menguruskan badan.
’’Paling tidak, lemak harus hilang 10 kg hingga 15 kg,’’ ujar mahasiswi UPN Veteran Jatim tersebut. Nah, pasca PI Jatim 2015 itu, dia bekerja keras mengikis lemak dalam tubuhnya dengan beragam latihan. Mulai joging siang dan sore, meniadakan makan malam, hingga mengurangi konsumsi nasi dan menggantinya dengan kentang. Macam-macam pokoknya.
’’Tahun berikutnya saya harus lebih baik,’’ ungkap perempuan yang akrab disapa Pinieyes itu. Pinieyes, jelas Afini, bisa berarti perempuan cantik. Bisa pula diartikan melihat kejujuran seseorang dengan menatap matanya.
Di tengah usaha superkeras itu, semangat Afini juga pernah drop. Mengapa? ’’Saya sempat pesimistis. Apa iya dengan berjilbab saya bisa menjadi Putri Inonesia?’’ ungkapnya. Selain itu, menjelang pemilihan Desember lalu, banyak sekali kegiatan kampus banyak yang harus dijalani. Acaraacara nonakademis juga padat.
Karena begitu sibuknya, Afini lupa tanggal terakhir pengumpulan formulir dan segala berkas persyaratan. Dia akhirnya merelakan diri untuk tidak mengikuti PI Jatim 2016. ’’ Tetapi, tampaknya memang diberi jalan oleh Allah. Batas waktu pendaftaran diundur. Saya langsung prepare semua,’’ ujar gadis yang hobi ngegas motor trail itu.
Wakil II Yuk Gresik 2010 itu mengatakan punya tinggi untuk ajang-ajang pemilihan seperti itu. Dia juga tidak munafik bisa merasakan kepuasan tersendiri ketika dikenal banyak orang lewat hal positif. Potensi di bidang nonakademik bisa membuat bangga orang tua dan teman-teman.
Bekal kemampuan public speaking juga dia milik dari aktivitas di salah satu televisi lokal. ’’ Tentu ada modal nekatnya juga,’’ tutur putri pasangan Mudyastowo (alm) dan Latifah Hanim itu, lantas tertawa kecil.
Dengan semua itu, Afini merasa bersyukur meski belum mampu meraih prestasi puncak. Yang terpilih sebagai Putri Indonesia Jawa Timur 2016 adalah Badzlina Sukmawati dari Surabaya.
Adakah kecewa? Afini menyatakan tidak. Dia justru bersyukur karena capaiannya tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Apalagi, dari ajang tersebut, dia makin kaya pengalaman. Misalnya, bisa bertukar budaya, tukar pikiran dengan perempuan-perempuan cerdas, serta sikap open mind. Jaringan pertemanan kian luas. Dan, naluri berkompetisi dan haus prestasi terus dipertahankan.
Anak ketiga di antara empat bersaudara itu justru menyatakan bangga. ’’Soalnya, memang cuma saya yang berjilbab,’’ ungkapnya.
Orang tuanya pun sudah sangat bangga. Mereka akan selalu mendukung semua karir dan karyanya selama tetap mengenakan hijab. ’’Mama bilang, nggak ada masalah menang atau kalah. Kamu bisa masuk sepuluh besar sudah juara bagi Mama dan hadiah buat Bapak di surga,’’ ucap Fini menirukan ucapan ibundanya. (c4/roz)