Persiapan Minim, Yang Datang Banyak
35 Tahun Temu Kangen Stemba 80 Surabaya Sudah 35 tahun mereka tidak bersua. Rasa rindu alumni STM Pembangunan (Stemba) yang lulus pada 1980 begitu besar. Histori pertemanan mereka pun menjadi penggalan cerita hidup tersendiri.
PERTEMUAN di salah satu hotel di kawasan Gubeng beberapa waktu lalu berlangsung meriah. Alumni terlihat akrab dan berjabat tangan erat. Musik
yang mengiringi pertemuan membuat suasana kebersamaan makin hangat.
Tidak mudah mengumpulkan alumni. Sudah lama mereka tidak berkomunikasi. ”Tapi, kami dibantu komunikasi via ponsel,” kata ketua panitia pelaksana reuni Rosjid Setyawan. Keberhasilan mengumpulkan alumni juga terbantu jaringan pertemanan yang mereka miliki. ” Ini yang memudahkan komunikasi,” jelasnya.
Rosjid mengakui, semula dirinya pesimistis acara bisa terlaksana dengan lancar. Sebab, persiapannya hanya lima minggu. Ide mengadakan reuni tersebut tercetus pada 5 November lalu. Saat itu dia bertemu dengan rekannya, Saiful Rachman, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jawa Timur. Saiful yang juga alumnus STM Pembangunan 1980 berinisiatif dan sepakat mengadakan reuni. ”Rachman bilang, tolong kumpulkan 100 alumnus,” katanya. Rachman adalah sapaan Saiful di kalangan rekannya.
Penyebaran informasi pun dimulai. Alumnus yang mengetahui tentang pelaksanaan reuni segera menginformasikan kepada rekanrekannya. Informasi pun terhubung secara berjejaring. Hasilnya, ada 120 orang yang hadir. Mereka berasal dari berbagai jurusan. Baik jurusan teknik kimia, teknik listrik, teknik mesin, maupun teknik sipil. Banyaknya alumnus yang hadir membuat Rosjid dan panitia lain bahagia.
”Kami memang ingin menjalin silaturahmi. Pertemuan bukan hanya ini, tapi akan dikembangkan lagi,” tuturnya. Alumni sepakat membentuk kepengurusan Stemba 80. ”Tidak tahu kapan, tapi kami berencana mengadakan reuni akbar,” tambahnya.
Rosjid berharap kehidupan yang terus berjalan dan usia yang kian bertambah tidak menyurutkan semangat silaturahmi. Justru karena itulah, silaturahmi menjadi penting. Bahkan, dia mengapresiasi rekan-rekan alumni yang hadir dari berbagai kota. Di antaranya, dari Balikpapan, Samarinda, dan Bontang.
Reuni mereka tidak berhenti hanya di dalam ruang pertemuan. Sorenya, mereka melanjutkan reuni ke sekolah. Yakni, ke STM Pembangunan di kawasan Jalan Dharmahusada. Di sekolah yang kini berganti nama menjadi SMKN 5 Surabaya itu, alumni bernostalgia. Bukan hanya dengan sesama rekan, tapi juga guru-guru yang pernah mendidik mereka.
Selama 35 tahun lulus sekolah, tentu ada hal-hal yang berbeda di sekolah yang dikunjungi. Namun, Saiful mengaku kurang bergembira dengan kondisi sekolahnya. ”Secara fisik dulu dan sekarang, lebih baik dulu,” katanya. Karena itu, sebagai orang nomor satu di institusi pendidikan Jawa Timur, dia merasa terpanggil untuk mendongkrak kualitas sekolah-sekolah di wilayahnya. (puj/c7/ai)