PLB Dongkrak Daya Saing Industri Mamin
JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menyambut baik rencana pemerintah membangun Pusat Logistik Berikat (PLB). Ke depan industri makanan dan minuman (mamin) diharapkan tidak lagi sulit mendapatkan pasokan bahan baku yang selama ini masih diimpor.
’’Ada tiga komoditas yang akan kami usulkan ke Ditjen Bea Cukai untuk dapat masuk Pusat Logistik Berikat, yaitu gula mentah ( raw sugar), garam industri, dan konsentrat buah-buahan ( puree). Pasokan ketiganya selama ini sering bermasalah, seret, dan sebagainya,’’ ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman di Kementerian Perindustrian kemarin (8/1).
Dengan PLB itu, pasokan bahan baku dari luar negeri tidak perlu lagi transit dan disimpan di negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia. Bahan baku itu juga mendapat banyak insentif pajak dan cukai ketika berada di PLB. ’’Kami sudah dapat surat dari bea cukai yang meminta kami beri masukan tentang PLB,’’ tuturnya.
Kebutuhan impor tiga komoditas yang diusulkan Gapmmi masuk PLB tersebut sangat tinggi. Contohnya, bahan baku gula mentah ( raw sugar) kebutuhan industri makanan dan minuman sekitar tiga juta ton per tahun. Sementara itu, garam industri sekitar 400 ribu ton per tahun. ’’Tentu nanti ada bahan baku lain yang kami usulkan lagi,’’ tambahnya.
Adhi menilai pendirian PLB sangat penting untuk mendongkrak daya saing industri makanan dan minuman di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebab,
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015 biaya logistik Indonesia selama ini masih tergolong tinggi. Mencapai 27 persen. ’’Kita jangan kalah dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang biaya logistiknya sekarang 15 persen,’’ jelasnya.
Dengan adanya PLB tersebut, Adhi menilai pelaku usaha mendapatkan kepastian pasokan bahan baku. Meski begitu, dia berharap hal itu menjadi solusi jangka penjang. ’’Selama ini rencana impor selalu memunculkan polemik, ke depan pemerintah dan pelaku usaha harus bekerja sama membuat roadmap pemenuhan bahan baku untuk kebutuhan jangka panjang,’’ jelasnya.
Namun, Adhi menyatakan, hingga kini dirinya tidak mengetahui lokasi pembangunan PLB khusus industri makanan dan minuman itu. Lokasi PLB disarankan dekat dengan industri yang membutuhkan. ’’Sebagai contoh, raw sugar itu 70 persen dipasok ke wilayah Jawa Barat dan Banten. Jadi, pabriknya di situ saja supaya tidak keluar ongkos besar untuk beli,’’ tuturnya. (wir/c15/tia)