Jawa Pos

Selalu Nonton ketika Tayang di TV

Grup lawak Warkop DKI memang legendaris. Namun, anak-anak mereka memilih jalur yang berbeda dengan bapaknya. Tapi, mereka mengaku mengangkat persaudara­an dan merasa punya tiga ayah sekaligus. Cerita Anak-Anak Anggota Warkop DKI

-

SEBAGAI salah seorang personel Warkop DKI, (almarhum) Kasino Hadiwibowo mempunyai peran sangat vital. Boleh dibilang, dia adalah otaknya. Anaknya, Hanna Sukmanings­ih Kasino, masih meneruskan peran bapaknya meski tidak sepenuhnya di jalur lawak. Dia berbisnis penganan klappertaa­rt sekaligus menjadi ketua di Lembaga Warkop DKI.

Ketika ditemui di rumahnya di kawasan Kayu Putih, Hanna tampak mewarisi sebagian jiwa lawak bapaknya. Penuh canda dan suka tertawa. Ketika ditemui, dia sedang sibuk di garasi belakang rumahnya yang dirombak menjadi ruang kerja bisnisnya. Perempuan 38 tahun itu memiliki bisnis rumahan, yakni kudapan khas Manado bercorak Belanda dan memakai namanya, Hanna’s Klappertaa­rt. Membuat kudapan yang terbuat dari kelapa itu dilakoni Hanna sejak 2005.

Sembari mempersiap­kan daganganny­a, Hanna bercerita bahwa usaha tersebut mulai ditekuniny­a ketika dirinya memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Istri Rico J. Ishak itu sebelumnya bekerja sebagai head of art di CosmoGIRL! Magazine dan creative manager di Makarizo. ”Ini sekaligus menjawab tantangan suami. Ketika saya memutuskan tidak bekerja lagi, suami bertanya apa yang akan saya kerjakan. Saya jawab berjualan,” ucapnya.

Hanna mengaku memang diajari sikap tak mudah menyerah oleh almarhum ayahnya. Dulu sewaktu kecil, Hanna sering diajak Kasino naik gunung. Sebagai orang yang pernah aktif di dunia mapala, Kasino memang sering naik turun gunung. Hanna kecil bahkan pernah diajak ke Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat. ”Saya ikut naik sama papa,” kenangnya.

Ketika di rumah, Kasino sangat keras. Hanna bahkan dilarang masuk dunia hiburan ( entertainm­ent). Hanna diminta Kasino tetap melanjutka­n sekolah hingga lulus kuliah. ”Kalau di rumah, dia bukan Kasino yang suka ngelawak. Tapi benarbenar menjadi seorang ayah,” ucapnya.

Hanna kecil memang sering diajak Kasino ikut melihat syuting. Bahkan, pernah suatu kali Hanna diajak tampil sebagai figuran. Hanna saat itu menjadi salah seorang anak yang sedang bermain di kolam renang. ”Sekali itu doang. Abis itu nggak pernah lagi,” ujar Hanna, lantas terkekeh.

Kadang Hanna teringat akan almarhum ketika di TV diputar film-film Warkop DKI. Apabila diputar, grup anak-anak Warkop DKI akan saling mengabari. Sembari menonton bersama ayah-ayah mereka ketika masih muda. ”Kalau ada di TV, saya usahakan pasti nonton,” imbuhnya.

Namun sayang, hingga saat ini Hanna tidak menerima royalti lagi dari film-film yang diputar. Sebab, menurut Hanna, saat itu kerja samanya adalah hak putus. Maka, setelah film dibuat, Warkop DKI tidak memiliki hak royalti atas film atau lagu yang ditampilka­n.

Untuk itu, pihak keluarga saat ini membentuk Lembaga Warkop DKI. Lembaga tersebut adalah bentuk resmi ikatan kekeluarga­an antara putra-putri Dono, Kasino, dan Indro yang bersepakat mewadahi aspirasi para penggemar ayah-ayah mereka dan berkegiata­n yang berguna bagi para penggemar Warkop DKI di mana pun.

Hanna menganggap Warkop DKI sebagai grup yang patut ditiru. Sangat profesiona­l. Bahkan, ketika Dono dan Kasino tidak saling sapa tiga tahun, tidak ada keluarga yang mengetahui. Pasalnya, keduanya tetap tektok akrab, baik di film maupun acara off air. ”Makanya lembaga ini berdiri. Agar orang bisa mempelajar­i dan mengetahui bagaimana Warkop DKI itu,” tuturnya.

Di bagian lain, Handika Indrajanth­y Putrie, anak Indro Warkop, mengatakan bahwa anak-anak Warkop itu tujuh. Bila dijelaskan secara singkat, urutannya adalah Hana, Andika, Iput, Damar, Hada, Setyo, dan yang terakhir Harley. ”Kami semua pun diyakini bapak-bapak kami bahwa kami memiliki tiga ayah. Dono, Kasino, dan Indro. Jadi, bisa dibilang kami itu seperti sebuah keluarga,” katanya. ” Ya, memang ayah kandung aku Indro. Tapi, dengan yang lain, we are brother in other blood,” imbuh Iput, sapaannya.

Iput juga menjelaska­n, sulitnya bertemu dengan anak-anak Warkop lainnya sangat disedihkan. Sebab, zaman dulu mereka bisa bertemu dengan mudahnya. Sekarang paling bertemu setahun bisa dihitung jari. (nug/wik/kar/c9/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia